Ketiga misi tersebut melandaskan pada wajar diknas 12 tahun, kurikulum,
akuntabilitas, sekolah ramah anak, desentralisasi pendidikan dan peran
masyarakat.
Substansi tersebut terungkap dalam rapat pengurus MPPS yang
diadakan di Yayasan Kakak 1 September. Pengurus MPPS melihat perlu menata
kembali komitmen kelembagaan maupun individu yang berada didalamnya. Sebab
terlihat ada beberapa anggota baik lembaga maupun individu yang pasif.
“Padahal dijaringan lain seperti ada sebuah jaringan untuk
advokasi anak, kalau ada anggota tidak hadir dalam 3 pertemuan berturut-turut
tanpa konfirmasi langsung di kick” terang Shoim dari
Yayasan Kakak. Sebuah
jaringan akan bertambah baik dan kuat bila arah dan dinamisasi jaringan dirawat
bersama. Meski demikian, yang jadi ujung tombak tentu ditingkat pengurus itu
sendiri. Sehingga perlu ada penataan yang bukan mengikat namun memberi
rambu-rambu yang jelas arah gerakan dan kontribusi yang bisa diberikan.
Dalam koordinasi tersebut selain masalah re komitmen,
pengurus juga mendiskusikan tentang konsekuensi. Sebagai bagian sebuah gerakan
tentu ada hal yang harus dikontribusikan berupa ide, waktu, tenaga, pikiran
bahkan bisa jadi material.
Artinya pernyataan komitmen harus disertai dengan sumbangsih
yang bisa diberikan. Pengurus MPPS juga sudah menyiapkan kerjasama dengan Radio
Republik Indonesia untuk siaran rutin setidaknya sebulan sekali. Hanya tema dan
spesifikasi seperti apa, masih akan ditindaklanjuti. Di era media social muncul
juga lontaran untuk memunculkan fanspage sebagai upaya memobilisasi sumberdaya,
menyebar informasi, maupun menjaring berbagai isu yang muncul di masyarakat.
Media social akan dikelola oleh bagian penguatan masyarakat,
dibantu dari komunitas Jerami. Bagi YSKK, memunculkan sebuah Fanspage akan
meningkatkan dinamisasi isu-isu pendidikan ditingkat daerah. Isu pendidikan
sendiri merupakan salah satu isu yang ranahnya sangat luas. Anggota MPPS juga
dapat menjangkau semua isu sehingga media social dapat dimanfaatkan untuk itu.
0 komentar:
Posting Komentar