Padahal ada banyak ragam jenis media social mulai dari yang
popular seperti facebook, whatsapp, instagram hingga yang mulai meredup seperti
Line atau bahkan BBM. Padahal disisi lain, teknologi yang digunakan untuk
menjalankan aplikasi medsos makin massif, murah dan mudah. Hampir diberbagai
kota bisa kita temukan anak sejak kelas 4 SD setidaknya familiar menggunakan
fitur HP Android yang diproduksi oleh berbagai merk baik keluaran Eropa, Asia
hingga konon ada yang dari dalam negeri.
Coba kita perhatikan diberbagai public space seperti
Terminal, Bandara, Pelabuhan, Stasiun hingga rumah makan mudah kita temui
rombongan keluarga namun asyik dengan gadget masing-masing.
Semestinya media social ini dapat dimanfaatkan bagi pendidik
untuk memantau kegiatan anak, konsultasi maupun meningkatkan pembelajaran di
kelas. Sehingga keberadaan media social yang digunakan anak-anak setidaknya
sebagian bermanfaat bagi mereka secara langsung. Lantas bagaimana pendidik bisa
memanfaatkannya?
Pertama, Buatlah group khusus siswa kelasnya atau mata
pelajaran yang diampu oleh pendidik. Bagi yang tidak punya, biarkan saja dan
pendidik tidak perlu memaksa siswa punya. Sebab yang berat justru nanti
langganan paket data.
Kedua, dalam seminggu bisa 2-3 kali diselang-seling dengan
pertanyaan pemantauan atau yang terkait pembelajaran. Pertanyaan pemantauan
bisa dengan “Jam 16.00, apa yang kalian lakukan?”, “Besok pelajaran IPA, hayo
siapa yang tahu kemaren materi IPA tentang apa ya” dan sebagainya. Sedang untuk
konsultasi tentu dengan membuka diri misalnya “Adakah yang belum faham tentang
penjumlahan yang tadi bapak ajarkan? Silahkan bertanya”.
Sementara meningkatkan pembelajaran misalnya sesekali
pendidik memberi kuis dengan pertanyaan. Bagi anak yang menjawab paling benar
duluan maka dapat poin. Nah poin itu dapat untuk menambah nilai di raport. Pertanyaan
juga bisa bersifat pengetahuan misalnya nama menteri, tentang Pilkada di
wilayah mereka tinggal, dan yang lebih bagus lagi pertanyaan yang mengasah
kecerdasan emosional anak seperti “Bila ada musibah longsong, apa yang akan
segera kalian lakukan?”
Lantas bagaimana dengan anak-anak yang tidak memiliki
gadget? Sederhana saja, jelang akhir pelajaran di kelas buat tebak-tebakan
soal. Minta anak-anak yang tidak punya media social untuk menjawab. Sehingga
mereka memiliki hak yang sama.
Model pembelajaran begitu tidak sekedar kita dapat memantau
pembelajaram yang kita berikan apakah difahami tidak, apakah mereka masih
mengingat pembelajaran yang sudah lewat, atau bahkan mendorong anak-anak
membaca dan menonton televisi tentang pengetahuan. Jangan menanyakan tentang
sinetron, kuis tidak mutu atau film-film yang tidak mendidik.
Bagaimana para pendidik? Berani?
0 komentar:
Posting Komentar