Minggu, 16 Maret 2014

Kesiapan PDI Perjuangan Dalam Pemilu 2014

|0 komentar
Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2014 (4)

Siapa yang tak kenal dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang pada Tahun 1998 mendapat tekanan luar biasa saat masih bernama PDI. Hingga akhirnya di Tahun 1999 banyak merubah sosoknya termasuk lambang partai yang lebih dikenal dengan moncong putihnya. Kini PDI Perjuangan di Ketuai oleh anak Bung Karno, Megawati Soekarnoputri. Dalam kurun perjalanan politik 1999 hingga 2014, setidaknya merasakan manisnya menjadi pemenang pemilu yakni Tahun 1999. Namun karena siasat Amien Rais, Megawati gagal menjadi Presiden.

Meski demikian, 1,5 tahun berselang, giliran Abdurrahman Wahid yang malah dilengserkan sehingga Mega diangkat menjadi Presiden hingga akhir masa jabatan 2004. Setelah itu, suara PDI Perjuangan meskipun tetap besar bahkan bertarung di Pilpres secara langsung namun faktanya kalah dari Partai Demokrat. Bahkan mereka mengalami konflik yang luar biasa ketika pengurus teras partai banyak yang mengundurkan diri dan mendirikan Partai Demokrasi Perjuangan (PDP) walau suara di Tahun 2004 tak cukup signifikan. Dibeberapa wilayah bisa disebut mereka memiliki massa ideologis.

Misalnya Jawa Tengah dan Bali yang sulit dikalahkan dalam Pemilu Legislatif. Saat Pemilu 1999, PDI Perjuangan menang telak dengan perolehan 35,6 juta suara alias 33,74 persen dan mendapat alokasi kursi DPR sebanyak 153 kursi. Sayangnya dengan suara mayoritas dan menguasai parlemen hingga Mega menduduki jabatan presiden, performance partai tidak cukup istimewa. Hingga akhir 2004, dengan keluarnya SBY sebagai Menko Polkam justru malah menguntungkan Partai Demokrat yang menjadi pesaing serius PDI Perjuangan.

Akibatnya suara moncong putih melorot di posisi kedua yang berkurang cukup signifikan hingga tinggal 21 juta atau hanya meraup 18,3 persen suara. Penurunan yang cukup drastis dan menempatkan 109 kadernya sebagai anggota DPR walaupun masih menjadi parpol urutan kedua. Kalah di Pilpres dengan SBY, PDI Perjuangan mentasbihkan diri sebagai partai opisisi. Ini pilihan yang cerdas untuk menunjukkan pilihan yang lebih jelas. Golkar sebagai pemenang Pemilu juga kalah dalam Pilpres dari jago demokrat namun mereka malah menjadi partai pendukung koalisi.

Sebagai oposisi, tak banyak anggota DPR yang terlihat cerdas bermanuver menunjukkan kelemahan pemerintah. Disisi lain, koalisi bertambah kuat didukung dengan performance SBY yang menangani masalah dengan baik. Akibatnya suara PDI Perjuangan kembali merosot hingga tinggal 14,6 juta atau hanya meraih 14 persen suara. Di Senayan, kader PDI Perjuangan pun tersisa hanya 95 orang. Disisi lain, muncul kepala daerah yang kader-kader PDI Perjuangan maupun wakil rakyat yang lumayan cerdas dan terhitung muda. Sebut saja Joko Widodo (Walikota Surakarta saat itu), Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), Mangara Siahaan dan Rieke Dyah Pitaloka (DPR RI).

Apalagi pertarungan gubernur DKI dimenangkan oleh Joko Widodo serta melibas calon dari Golkar, PKS maupun Demokrat. Kini ada dorongan dari warga untuk mencapreskan Joko Widodo. Sudah banyak kelompok masyarakat membentuk posko pemenangan Jokowi meski Ketua Umum PDI Perjuangan belum memutuskan apapun. Apakah Mega masih akan menunggu hasil Pileg atau memang sudah punya kandidat lain atau bahkan dirinya masih berminat menjadi Capres? Kalau benar masih berminat, posisi 4 besar di Pileg sulit dicapai.

Dari berbagai sumber

Jumat, 14 Maret 2014

Pertaruhan Pemilu Kedua Bagi Gerindra

|0 komentar
Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2014

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) merupakan salah satu partai politik yang turut bertarung dalam Pemilu 2009. Didirikan oleh Letjen (Purn) Prabowo Subianto, bekas menantu mantan Presiden Soeharto pada Tahun 2008. Memakai lambang kepala burung Garuda, sepertinya Prabowo ingin menegaskan kecintaannya terhadap Indonesia. Pada Pemilu 2009 memang tidak banyak yang memprediksi parpol ini dipilih oleh masyarakat namun ternyata yang terjadi sebaliknya yakni meraup 4,46 persen dan mendapat 26 kursi di DPR RI.

Kiprah selama 5 tahun hingga kini di parlemen memang tidak cukup banyak terlihat. Namun menjelang Pemilu 2009, Prabowo melakukan gebrakan yang cukup strategis. Mendorong Jokowi dan Ahok menjadi Cagub dan Cawagub di DKI. Seperti diketahui, Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama merupakan anggota DPR RI dari Golkar. Berkat kepiawaian Prabowo, Ahok keluar dari Golkar dan bersedia mendampingi Jokowi bertarung di Pilkada Jakarta. Hasilnya luar biasa, mereka memenangkan Pilgub dengan perolehan suara mengagumkan.

Bermodalkan kemenangan itulah, Prabowo meyakini bahwa Pemilu 2014 bakal mendulang sukses. Sejak dini, partai Gerindra mencalonkan Ketua Dewan Penasehat sebagai Capres. Sisi yang bisa melemahkan pencalonannya yaitu tentang tragedi penculikan aktivis pada Tahun 1998. Seperti diketahui, penculikan aktivis dilakukan oleh Tim Mawar dan disinyalir diperintah oleh Prabowo. Isu begini memang sedikit banyak akan mempengaruhi tinggal bagaimana politisi Gerindra mampu menutupi atau membantahnya.

Kelamahan lainnya, kemampuan Ahok dalam memimpin Jakarta kurang di eksplora secara nyata. Akibatnya warga hanya melihat Gerindra itu ya Prabowo saja. Padahal banyak gebrakan yang dilakukan Ahok dalam membenahi Jakarta yang bila dikelola secara baik akan menguntungkan Gerindra. Sederhana sekali strateginya, tempatkan Ahok sebagai Juru Bicara Gerindra. Bila ada waktu senggang sebagai Wagub, minta dia konferensi pers sebagai Jubir Gerindra mengkritisi kebijakan pemerintah. Hal ini akan memperoleh dampak positif. Masyarakat akan melihat Gerindra itu ya Prabowo dan tegasnya Ahok.

Di parlemen, wakil Gerindra kurang bersuara keras. Padahal siapa tak kenal Desmond J Mahesa dan Pius Lustrilanang. Malah beberapa hasil BURT kontraproduktif dan menjadi polemik terkait kenaikan fasilitas anggota DPR RI. Pius justru berposisi menjelaskan kebijakan BURT seperti soal rencana pembangunan gedung DPR RI yang baru. Padahal secara partai, Gerindra menolak tegas rencana ini. Jelang Pemilu 2014, Prabowo mesti mengatur strategi secara tegas dan jelas.

Selain mereka berdua, terdapat 2 artis yang bisa jadi vote getter yaitu Rachel Maryam dan Jamal Mirdad. Namun kedua artis ini hampir tak terdengar suaranya. Padahal akses mereka terhadap media lebih mudah dibandingkan dengan Caleg lain. Nah apakah ini pertanda suara Gerindra akan turun? Belum tentu juga sebab banyak partai akan mendapat dampak positif dari berbagai kasus korupsi yang terjadi di Demokrat maupun PKS.

Perolehan Golkar Di 2014 Jadi Garansi ARB Capres

|0 komentar
Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2014

Siapa yang meragukan kualitas Partai Pemilu bernomor urut 5 ini? Ya Partai Golongan Karya atau Golkar dianggap salah satu partai terkuat di Indonesia. Meski dianggap pernah memiliki dosa dengan KKN yang dibangun regim Orde Baru, namun faktanya pasca keruntuhan Orde Baru di Tahun 1998, partai ini tetap bertahan di 2 besar. Tak pernah sekalipun merosok ke posisi 3. Banyak pihak memprediksi kekuatan Golkar terletak pada jaringan dan mindset warga diluar Jawa. Soeharto boleh saja turun tetapi tidak dengan politikus-politikusnya.

Terbukti Akbar Tandjung masih menjabat sebagai Dewan Pembina. "Alumnus-alumnus" Golkar mampu mendirikan partai dan mendulang suara. Sebut saja ada Surya Paloh, Prabowo, Wiranto, Sutiyoso dan petinggi partai lain. Meruntuhkan Golkar di basis-basis di Jawa saja sulit apalagi diluar Jawa sulit. Sebut Sragen, Wonogiri bahkan Solo pemilih Golkar masih setia. Terbukti kursi Golkar selalu ada walaupun Solo sebagai salah satu kandang banteng dan aktivis pergerakan nasional. Sistem yang dibangun oleh Golkar memang sudah mapan sehingga sulit ditaklukkan.

Kini Partai Golongan Karya dipegang oleh Aburizal Bakrie yang oleh beberapa kalangan suaranya bakal rontok di 2014. Sebab kejadian bencana Lumpur Lapindo disinyalir disebabkan oleh perusahaan yang dimiliki oleh Ketua Umum Golkar. Walau demikian, tak mudah menaklukkan partai kuning sebab ARB memiliki media yang potensial yaitu Viva group, AnTV dan TV One. Sebagaimana sudah jamak diketahui, TVOne kini menjadi salah satu TV berita yang menduduki peringkat atas, menggeser Metro TV sejak berganti baju dari Lativi.

Pada Tahun 1999, setelah Orba rontok perolehan Golkar masih 22,44 persen suara dengan 120 kursi. menduduki posisi kedua dibawah PDI Perjuangan. Tahun 2004 meski prosentasenya turun menjadi 21,58 suara namun itu perolehan suara terbanyak dengan 128 kursi di DPR RI. Cuma capres yang diajukan yakni Wiranto dengan Sholahudin Wahid gagal total. Pada 2009, meski perolehannya turun drastis hingga 14,45 persen atau hanya 107 kursi di DPR tetapi masih menduduki posisi ke 2 perolehan suara partai.

Guna mendongkrak suara, Golkar melakukan kampanye besar-besaran. Sejak awal ARB digadang-gadang menjadi Capres Golkar. Tiap saat gambarnya menghiasi berbagai media yang dimilikinya. Pencalonan ARB tidak mulus benar sebab Akbar Tanjung sebagai Dewan Penasehat meminta dilakukan konvensi supaya Capres terpilih benar-benar didukung oleh DPD-DPD baik tingkat I maupun II. Upaya yang coba digalang Akbar Tandjung gagal. ARB tetap melaju menjadi kandidat Capres Golkar.

Akankah peluang Golkar di Pemilu 2014 berjalan mulus? Dengan beberapa Capres yang sudah diajukan parpol lain seperti Wiranto oleh Hanura, Prabowo oleh Gerindra, Demokrat dengan konvensinya memang berimbang. Yang unggul cukup telak cuma Jokowi, hanya saja PDI Perjuangan belum secara resmi mengajukan Gubernur DKI Jakarta itu. Jokowi memang bukan sekedar pesaing berat ARB namun juga Capres dari parpol lainnya. Masyarakat luas sudah menyatakan ketertarikannya hanya Ketua Umum PDIP sepertinya belum mengambil sikap jelas dan ini menarik.

Kamis, 13 Maret 2014

Menimbang Kekuatan PKS Di Pemilu 2014

|0 komentar
Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2014

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini sebenarnya salah satu (atau hanya satu-satunya) partai kader di Indonesia. Kenapa bisa dibilang begitu? Karena memang partai yang melandasi sistem di internal partai benar-benar berjenjang dari bawah. Banyak kita tahu partai di Indonesia mudah menerima pihak luar yang langsung nangkring di pengurus wilayah (propinsi) maupun DPP (pusat) tanpa melalui tahapan kader dari bawah. Terutama bagi kepala daerah, menteri, staf ahli yang bergabung dengan partai seakan mendapat previledge khusus.

PKS didirikan pada 20 Juli 1998 dengan nama Partai Keadilan langsung bertarung di Pemilu 1999 yang berhasil meraih suara 1,4 juta. Dibawah kepemimpinan Nur Mahmudi Ismail sebagai presiden partai, meloloskan 7 kadernya sebagai wakil rakyat di Senayan. Nur Mahmudi sendiri kemudian menjabat sebagai Menteri Kehutanan ketika ditawari Presiden Abdurrahman Wahid. Posisi Presiden Partai Keadilan kemudian dijabat oleh Hidayat Nur Wahid. Berhubung suara partai tidak menembus attembus accord, kemudian mereka mengganti nama menjadi PKS.

Rupanya performa PKS dibawah kepemimpinan Hidayat mampu mendongkrak popularitas maupun kepercayaan masyarakat. Kader-kader yang ada di DPR RI maupun DPRD Propinsi benar-benar tampil santun, sederhana dan agamis. Tutur katanya di media membuat simpati masyarakat sehingga dalam Pemilu 2004 perolehan PKS melonjak tajam. Dari suara 1,4 juta menjadi 8,3 juta suara pada Pemilu 2004 yang meloloskan 45 kadernya menjadi wakil rakyat dipusat. Lima tahun berikutnya tingkat kepercayaan pemilih juga masih kuat sehingga perolehan suara meskipun prosentase tidak besar namun wakil rakyat yang di DPR bertambah.

Pada 2009 PKS berhasil menempatkan 57 wakilnya atau masuk 4 besar parpol dengan perolehan suara terbanyak. Atas raihan ini, menjadi tonggak sejarah wakil PKS menjabat sebagai salah satu Wakil Ketua DPR RI yang dijabat oleh Anis Matta yang dalam struktural partai memegang Sekjen PKS. Sayangnya memasuki tahun 2010, performance PKS mulai goyah. Ada beberapa kadernya yang kemudian tersangkut masalah hingga puncaknya di Tahun 2013, Lutfi Hasan Ishaq yang menjadi Presiden PKS ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terkena dugaan kasus suap impor daging sapi.

Hal ini menjadikan partai berbasis massa Islam segera bergerak cepat supaya performance di Tahun 2014 terpengaruh. Posisi Lutfi segera digantikan oleh Anis Matta yang memang sudah menjabat sebagai Sekjen sejak didirikan hingga 2013. Masalahnya rentetan kasus LHI tidak sekedar soal suap impor daging sapi melainkan mengenai dugaan pernikahan keduanya dengan seorang gadis SMA dan kekayaannya yang luar biasa. Meski disaat bersamaan banyak kader PKS berhasil membuat prestasi tak urung persepsi publik sulit dibendung apalagi cukup banyak media massa dikuasai oleh orang-orang dari parpol lain.

Di Jawa Barat, PKS sebenarnya cukup mendapat tempat terbukti kadernya seperti Ridwan Kamil memenangi Pilkada Kota Bandung dan Ahmad Heryawan kedua kalinya menjadi Gubernur Jawa Barat. menarik sebenarnya menebak prospek perolehan partai ini di 2014, apakah akan turun, tetap atau justru naik? Semua bisa saja terjadi. Catatan penting yang perlu diperhatikan, Anis Matta sebagai Presiden PKS terlihat mampu mengkonsolidasikan seluruh kekuatan partai dan mengalihkan isu dari soal dugaan suap menjadi penggerakan seluruh kadernya memainkan citra di media sosial.

Dari berbagai sumber

Rabu, 05 Maret 2014

Akankah Peringkat PKB Naik Pada Pemilu 2014

|0 komentar
Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2014 (2)

Urutan kedua atau nomor urut 2 partai politik berdasarkan undian yang telah dilakukan KPU yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Partai ini didirikan pada tanggal 23 Juli 1998 oleh kalangan NU yakni Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, Mustofa Bisri dan A Muhith Muzadi. Partai ini didirikan untuk mengakomodir suara NU yang selama ini "terasa" diabaikan di PPP. Meski tidak berkaitan langsung dengan NU, sulit membantah bahwa PKB merupakan partainya NU. Meski merupakan salah satu partai baru, kiprahnya dalam perpolitikan nasional cukup terasa.

Pada Pemilu pertama yang diikutinya yakni Tahun 1999, PKB mampu meraup 13,3 juta suara atau sekitar 12,6 persen sehingga terdapat 51 wakil rakyat. Dengan raihan ini, PKB menduduki 3 besar perolehan suara. Tidak hanya itu, PKB mampu menempatkan KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI ke empat walaupun tidak sampai akhir masa jabatan. Keberhasilan ini menyiratkan kapasitas tokoh partai yang mengkombinasikan politikus tua dan muda, dari golongan tokoh maupun aktivis. Banyak pihak yang terkejut dengan kemenangan PKB meski infrastrukturnya belum memadai.

Lima tahun berikutnya yaitu 2004, Pemilu diikuti 24 Parpol dan PKB meraih 11,9 juta suara atau 10,57 persen dan menempatkan 52 wakilnya di DPR RI. Masih tetap menduduki 3 besar perolehan suara dibawah Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Meski demikian, PKB tidak menjadi oposisi bersama PDI Perjuangan melainkan bergabung ke pemenang Pilpres yakni Partai Demokrat menjadi partai pendukung pemerintah. Banyak kalangan justru menyarankan bergabung dengan PDI Perjuangan jauh lebih strategis untuk menyuarakan kepentingan rakyat.

Dan inilah tahun dimana PKB mengalami krisis internal di dalam. Diberbagai wilayah muncul goncangan dan terpecah. Akibatnya dalam menjalankan roda pengawasan kian tidak efektif. Banyak suara rakyat yang semestinya mampu disuarakan lebih jernih menjadi tidak terdengar. Energi politikus PKB banyak terbuang untuk berbagai konflik yang tidak signifikan bagi perkembangan partai. Akibatnya jauh lebih parah, simpati masyarakat terhadap PKB kian turun.

Hal ini dibuktikan dengan perolehan suara PKB Tahun 2009 yang rontok separo lebih atau hanya tersisa 5,1 juta suara alias 4,94 persen saja dan mewakilkan anggota legislatif tersisa 27 orang. Meski lolos electoral treshold sebagai Parpol 2014, tetap saja perjalanan PKB kian tertatih. Tahun 2009 menempati posisi ke 7 dari urutan parpol dengan perolehan suara terbanyak. Bayangkan mereka kalah dari PPP, PAN hingga PKS yang notabene tidak punya massa yang solid. Maka dari itu, pada 2014 ini akan menjadi penentu bisakah PKB kembali ke 5 besar atau benar-benar akan menjadi partai gurem?

Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum Partai juga menjadi Menteri Tenaga Kerja yang kinerjanya malah banyak disorot orang terkait dengan banyaknya kasus TKI. Di level grassroot juga tak terdengar apa yang sudah dilakukan wakil rakyat dari PKB. Tak heran bila basis partai ini hanya akan tersisa di Jawa Timur dan Madura saja ditambah kota-kota di pantura. Bila tak segera berubah secara jelas, suatu saat PKB bisa tereleminasi sebagai partai yang lolos electoral treshold.

Selasa, 04 Maret 2014

Melongok Kekuatan Partai Nasional Demokrat

|0 komentar
Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2014 (1)

Nasional Demokrat awalnya didirikan hanya berbentuk organisasi massa yang dikomandoi oleh Patrice Rio Capella. Berbagai aktivis bergabung di organisasi ini namun kemudian berubah menjadi partai politik dengan Ketua Umum dijabat oleh Surya Paloh. Seperti diketahui, Surya Paloh merupakan salah satu pemilik media besar di Indonesia tidak hanya Media Indonesia namun juga MetroTV. Padahal sudah banyak warga yang menyambut baik netralnya MetroTV sebagai salah satu media berita.Inilah satu-satunya partai baru yang turut bertarung dan lolos sebagai peserta pemilu 2014.

Didirikan pada 2011, dan mampu menjangkau seluruh pelosok negeri dengan dukungan penuh. Mulanya Harry Tanoe pemilik MNC Group juga bergabung tetapi sepertinya ada ketidakcocokan sehingga Harry Tanoe keluar dan bergabung ke Partai Hanura. Meski partai baru, kekuatan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) patut diperhitungkan. Banyak politisi kawakan yang kemudian bergabung dengan partai yang dominan warna biru tersebut. Lihat saja ada politisi Golkar Ferry Mursidan, aktivis Taufik Basari, mantan Sekjen Depdagri dan Sekjen DPR RI Dr Ir Siti Nurbaya, pengamat perminyakan Kurtubi, pengacara kawakan OC Kaligis hingga Rachmawati Soekarnoputri.

Mereka bertarung secara serius dan mampu menarik berbagai elemen untuk turut memperjuangkan partai berslogan Restorasi Indonesia ini. Secara cepat mereka juga sudah memiliki organisasi sayap sebagai pendukung partai yakni Badan Advokasi Hukum, Gerakan Massa Buruh (Gemuruh), Liga Mahasiswa Demokrat, Persatuan Petani Nasional Demokrat serta komunitas perempuan dan pemuda. Dengan majunya Surya Paloh, banyak yang menduga Metro TV dan Media Indonesia akan banyak digunakan menjadi tunggangan kampanye.

Sudah cukup banyak slot berita yang terlihat miring dan banyak memblow up aktivitas Nasdem maupun sang Ketua Umumnya. Beberapa kali acara peresmian DPD Nasdem (tingkat Propinsi) memiliki waktu tayang khusus. Surya Paloh juga mendapat alokasi waktu cukup dominan dalam rentang perjalanan menjelang pemilu. Disisi lain, dari berbagai survey politik suara yang diperoleh oleh Nasdem tidak cukup signifikan. Meski diprediksi belum menjadi pemenang tetapi mampu mengalahkan PPP maupun PAN yang notabene lebih "senior".

Kabar ini agak mengejutkan setidaknya melihat peta politik 3 bulan sebelum pencoblosan. Di Jawa Tengah, hingga awal Maret tidak cukup terdengar kiprahnya mengkritisi pemerintahan SBY. Harusnya  waktu-waktu sekarang dimanfaatkan untuk konsolidasi internal maupun membuat persepsi positif masyarakat ke arah Nasdem. Apalagi mencuatnya berbagai kasus korupsi yang menimpa berbagai anggota DPR bisa dimanfaatkan secara optimal.

Rupanya para politisi Nasdem masih banyak yang baru sehingga lebih banyak melakukan konsolidasi internal. Padahal moment menjelang pemilu bisa dimanfaatkan untuk mengangkat citra. Di Sosial media, suara dari Nasdem juga jarang bahkan tak terdengar. Dengan sosmed seperti sekarang, lebih memudahkan mengenalkan partai secara mudah dan murah. Entah segmen mana yang akan disasar yang jelas jargon maupun slogannya kurang merakyat.