Jumat, 25 Maret 2016

Teknik Membentuk Anak Gemar Membaca

|0 komentar
"Anak memiliki pembawaan sendiri-sendiri dan tidak bisa disamakan dengan anak lain". Itu salah satu uangkapan yang dilontarkan Nino Histiraludin dari YSKK sewaktu mengisi kegiatan Parenting Education di PAUD Permata Hati Desa Ngreco Kecamatan Weru Sukoharjo. PE hari itu mengambil judul bagaimana merangsang anak gemar membaca.

Hal itu untuk menjawab kebingungan terkait pertanyaan usia berapakah idealnya anak mulai dikenalkan huruf maupun angka. Faktor cara mengenalkan cukup menentukan apakah anak akan tertarik atau tidak. Lantas bagaimana mengukur kesiapan anak? Bila ada respon maupun mengingat apa yang "diajarkan", artinya transfer pengenalan bisa diterima anak.

Namun apabila yang "diajarkan" tidak diingat atau justru malah anak emosi, sebaiknya hentikan. Bisa jadi metode mengenalkan kita salah, tidak menarik bahkan menjadi beban atau anak tidak siap.

Para orang tua siswa nampak antusias mendengar paparan karena dalam penyampaiannya Nino menekankan keunikan tiap anak. Tema ini diambil sebab selama ini banyak orang tua yang kurang peduli dan hanya berharap anaknya menggemari membaca tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Ilustrasi

Menurut Nino, agar anak gemar membaca tetap harus tercipta dari lingkungan terdekat yaitu rumah. Tidak bisa anak tiba-tiba gemar membaca sendiri tanpa ada lingkungan yang membentuknya. Dicontohkan buku-buku yang sesuai dengan perkembangan anak atau minat anak.

Meski demikian, bila sudah ada pancingan dan anak belum tertarik tetap tidak boleh dipaksa. Sebab pemaksaan tidak akan menghasilkan hal yang baik. Salah satu bunda menanyakan apakah anaknya yang PAUD sudah boleh dikenalkan dengan belajar? Misalnya habis maghrib meski orang tuanya menentang hal itu.

Menanggapi itu, Nino menekankan metode belajar anak-anak dibawah usia 7 tahun tidak boleh kaku. Harus sembari bermain dan menyenangkan sehingga anak tidak merasa sedang belajar. Waktunya juga tidak selalu harus habis maghrib serta yang menjadi pertimbangan yakni kondisi psikologis anak. Sepanjang anak terlihat sedang bergembira dan senang, belajar bakal menyenangkan dan mudah diterima anak.

Untuk anak-anak yang sudah menginjak usia sekolah formal, penting mulai mendisiplinkan belajar secara rutin. Nino menyarankan mematikan televisi paska maghrib hingga Isya karena cukup mengganggu anak-anak.

Bunda yang lain meminta pendapat apakah komik untuk anak kelas 2 SD boleh diberikan? Pria yang juga kebetulan ayah penulis cilik ini menjawab sepanjang komik tidak mengajarkan kekerasan dan hal negatif lain bisa diberikan. Pun buku komik tidak harus baru dan mahal sebab bagi penggemar buku hal itu tidak akan jadi masalah.

Nino juga menunjukkan beberapa contoh buku yang sesuai tahapan pengenalannya. Ditekankan pula, pendidikan pra sekolah seperti PAUD dan TK memang dilarang mengenalkan calistung. Namun bila dirumah anak sudah tertarik untuk kenal huruf dan angka, orang tua tetap boleh mengenalkan hal itu kepada anak.

Terlihat bahwa sebetulnya meski berada di Weru tingkat pengetahuan, cara mendidik maupun semangat mencerdaskan anak-anak mereka. Hal ini sudah jadi modal penting membentuk anak yang gemar membaca.

Selasa, 01 Maret 2016

YSKK Tawarkan Diri Terlibat Perbaikan Tata Kelola Pendidikan di Gunungkidul

|0 komentar
Forum SKPD merupakan forum sinkronisasi usulan dari hasil Musrenbangcam, Renstra SKPD maupun aspirasi dari stakeholders. Hal ini seperti tertuang dalam undang-undang nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. "Penyelenggaraan Forum SKPD salah satu tujuannya mempertajam target maupun indikator program agar capaian yang diharapkan bisa diukur dengan jelas" ungkap Agus Nur Cahyo Kabid Perencanaan Program Dinas Pendidikan dalam sambutan selaku Ketua Panitia Forum SKPD.

Bertempat di Aula Dinas Pendidikan, Senin 29 Februari 2016 diadakan Forum SKPD Sektor Pendidikan meliputi Dinas Pendidikan dan Kantor Arsip dan Perpustakaan. Dalam kata pembuka, Drs Sudodo MM menjelaskan IPM Kabupaten Gunungkidul memang masih paling rendah di Provinsi DIY dengan tingkat lama sekolah mencapai 7,6 tahun. Oleh sebab itu, dia berharap di forum tersebut dapat menggali masukan agar pelaksanaan program tahun 2017 bisa lebih terarah.

Untuk menggapai Indeks Pembangunan Manusia lebih baik, strategi yang diterapkan dinas pendidikan salah satunya menetapkan adanya jalur pembinaan yang dilakukan sekolah pada sekolah lain. Maksudnya sekolah-sekolah dengan kualitas (dikelola)  baik akan mengampu beberapa sekolah disekitarnya Artinya sekolah pembina itu akan jadi rujukan bagi sekolah lain dalam hal mengembangkan sarana prasarana sekolah, kualitas pembelajaran, tata kelola sekolah, pengembangan sekolah berbudaya mutu dan berkarakter.

"Setidaknya ada 8 kriteria yang digunakan untuk menilai sekolah itu jadi sekolah pembina atau bukan. Selain itu, sekolah tersebut juga sudah memenuhi 8 standar nasional pendidikan dengan baik" terang Sudodo.

Pihak Dinas Pendidikan juga membuka diri pada peran partisipasi masyarakat karena dalam gelaran Rembugnas Pendidikan beberapa minggu sebelumnya oleh Kemendikbud, ditetapkan tema Meningkatkan pelibatan publik dalam membangun ekosistem pendidikan dan kebudayaan dipusat dan daerah.

"Bahkan di kementerian pendidikan ada Direktur Pembinaan Keluarga). Hal ini membuktikan pentingnya pembangunan karakter bagi siswa didik" tambahnya.

Merespon paparan itu, Nino Histiraludin selaku Kepala Divisi Pemberdayaan Anak menandaskan mendukung program sekolah pembinaan tersebut. "Kami menawarkan untuk tetap berkontribusi dalam pengembangan tata kelola sekolah. Sebab berdasarkan pengalaman 2014-2015, mendampingi 2 sekolah dalam Program MANTAP mampu memberi perbaikan baik dalam pengelolaan anggaran BOS, penyusunan SOP layanan informasi dan peningkatan kapasitas komite sekolah" ujarnya.

Setidaknya kini SDN 1 Wonosari dan SMPN Wonosari 1 sering dijadikan rujukan dalam tata kelola pendidikan. Kedua sekolah ini juga mendapat berbagai penghargaan ditingkat daerah maupun provinsi.

Menanggapi usulan tersebut, Dinas Pendidikan malah merasa kerjasama dengan YSKK harus tetap dilanjutkan bukan hanya dalam pendampingn 2 sekolah. Namun juga dalam berbagai aktivitas dinas baik untuk peningkatan kapasitas pengelolaan anggaran BOS maupun peningkatan kapasitas komite sekolah. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan tata kelola pendidikan Gunungkidul akan semakin baik sehingga keluaran pendidikan juga turut terdongkrak.