Jumat, 16 September 2016

Batasi Penggunaan Gadget Pada Anak

Perkembangan teknologi satu dasawarsa ini sangat pesat baik secara teknologi maupun beragam konten informasi/konten yang disediakan terus tumbuh. Disisi lain, tuntutan perkembangan informasi memaksa masyarakat mengikuti dan memiliki perangkat tersebut. Persaingan produsen pun makin keras sehingga konsumen diuntungkan dengan harga yang dibandrol kian murah.

Ketika masyarakat (khususnya kaum dewasa) mengkonsumsi teknologi tersebut tentu berdampak pada keluarga terutama anak-anak. Yang paling menggiurkan dan menimbulkan ketertarikan yakni akses internet dan kemampuan gadget untuk mengunduh aplikasi permainan (game) secara gratis. Diberbagai ruang public masyarakat diberi layanan tanpa bayar sehingga aktivitas dalam memanfaatkan internet makin tinggi.

Berbagai permainan yang tersedia dalam seperangkat gadget membuat anak-anak tertarik dan betah bermain. Beberapa orang tua merasa bangga anaknya bisa mengoperasikan smartphone. Berbagai permainan akan disediakan untuk dimainkan. Disisi lain, orang tua merasa terbantu ketika dirumah butuh beristirahat, menyelesaikan pekerjaan rumah, menuntaskan pekerjaan kantor atau aktivitas lain.

Tanpa disadari, disitulah pintu masuk candu yang bernama game. Namanya anak-anak, memainkan permainan tentu sebuah hal yang mengasyikkan. Awalnya cuma ketika mau tidur, makan sore, menemani orang tua bekerja dirumah dan berbagai permulaan yang simple.

Tidak butuh waktu lama, dalam 3 bulan anak-anak yang awalnya main cuma 1 game akan mencoba permainan yang lain, yang tadinya 30 menit sudah cukup kini 1 jam terasa kurang, yang tadinya sekedar menemani orang tuanya bekerja dirumah sudah beralih bermain sejak pulang sekolah dan berbagai perubahan lainnya. Orang tua yang tadinya dengan mudah meminta kembali HP harus berusaha membujuk keras. Dari yang “sini nak, mau dipakai”, “papa mau nelpon teman kerja papa” hingga mulai menawarkan keasyikan lain. Sebut saja “udah dulu yah, mandi air dingin sana”, “Ayo kita beli es krim”, “Ayo jalan-jalan” hingga beralih mengancam “kalau tidak berhenti sekarang, papa tidak temani main lagi”, “Kalau tidak berhenti sekarang, mama tidak mau nyuapi” dan ancaman lain.

Tanda-tanda tersebut bisa dibilang perlu kewaspadaan orang tua. Silahkan cek di google, sudah banyak kejadian akibat anak-anak yang mengalami kecanduan gadget. Ada banyak tanda dan gejala yang timbul akibat anak-anak bermain hp. Dampak negatifnya juga bisa terlihat seperti gelisah, selalu melirik hp, melakukan perintah asal boleh main hp, egois, individualis dan lain sebagainya.

Bahkan ada anak yang drop out bahkan dikirim ke rumah sakit jiwa gara-gara game addict. Kejadian tersebut di Kelurahan Banyuanyar Surakarta. Anak itu sudah duduk di SMA dan kecanduan berat. Tiap hari hanya main game, sekolah keluar, tidak mau gerak dan ketika membutuhkan sesuatu berteriak dan harus diladeni. Bila tidak dituruti akan mengamuk. Kini anak itu dikirim ke Rumah Sakit Jiwa untuk menjalani perawatan.

Kita semua tidak ingin menghendaki hal itu terjadi dan menimpa kita. Maka dari itu, para orang tua harus pintar membimbing anak untuk menggunakan gadget dengan arif. Tentu menerapkan syarat penggunaan gadget pada anak disesuaikan umurnya.

Hal ini juga bukan berarti melarang anak tidak boleh menggunakan. Yang terpenting yakni tidak boleh membiarkan anak usia dibawah 10 tahun memegang hp tanpa didampingi. Orang tua juga harus membangun kesepakatan bersama anak, aturan apa yang perlu diterapkan termasuk ke orang tua. 

Artinya bila anak dibatasi menggunakan hp saat jam belajar, orang tua harus menemani mereka. Bukan malah keasyikan bermain hp hingga sampai mengabaikan tanggungjawabnya menemani membaca Al Quran atau menemani belajar.

Mendidik anak dijaman modern seperti sekarang ini memang tidak mudah. Terlalu membatasi tidak baik namun membebaskan juga bisa menyulitkan orang tua sendiri. Jadi bijaklah dalam mendidik anak.

0 komentar:

Posting Komentar