Ketika masyarakat (khususnya kaum dewasa) mengkonsumsi
teknologi tersebut tentu berdampak pada keluarga terutama anak-anak. Yang
paling menggiurkan dan menimbulkan ketertarikan yakni akses internet dan
kemampuan gadget untuk mengunduh aplikasi permainan (game) secara gratis.
Diberbagai ruang public masyarakat diberi layanan tanpa bayar sehingga
aktivitas dalam memanfaatkan internet makin tinggi.
Berbagai permainan yang tersedia dalam seperangkat gadget
membuat anak-anak tertarik dan betah bermain. Beberapa orang tua merasa bangga
anaknya bisa mengoperasikan smartphone. Berbagai permainan akan disediakan
untuk dimainkan. Disisi lain, orang tua merasa terbantu ketika dirumah butuh
beristirahat, menyelesaikan pekerjaan rumah, menuntaskan pekerjaan kantor atau
aktivitas lain.
Tanpa disadari, disitulah pintu masuk candu yang bernama
game. Namanya anak-anak, memainkan permainan tentu sebuah hal yang mengasyikkan.
Awalnya cuma ketika mau tidur, makan sore, menemani orang tua bekerja dirumah
dan berbagai permulaan yang simple.
Tidak butuh waktu lama, dalam 3 bulan anak-anak yang awalnya
main cuma 1 game akan mencoba permainan yang lain, yang tadinya 30 menit sudah
cukup kini 1 jam terasa kurang, yang tadinya sekedar menemani orang tuanya
bekerja dirumah sudah beralih bermain sejak pulang sekolah dan berbagai
perubahan lainnya. Orang tua yang tadinya dengan mudah meminta kembali HP harus
berusaha membujuk keras. Dari yang “sini nak, mau dipakai”, “papa mau nelpon
teman kerja papa” hingga mulai menawarkan keasyikan lain. Sebut saja “udah dulu
yah, mandi air dingin sana”, “Ayo kita beli es krim”, “Ayo jalan-jalan” hingga
beralih mengancam “kalau tidak berhenti sekarang, papa tidak temani main lagi”,
“Kalau tidak berhenti sekarang, mama tidak mau nyuapi” dan ancaman lain.
Tanda-tanda tersebut bisa dibilang perlu kewaspadaan orang
tua. Silahkan cek di google, sudah banyak kejadian akibat anak-anak yang
mengalami kecanduan gadget. Ada banyak tanda dan gejala yang timbul akibat
anak-anak bermain hp. Dampak negatifnya juga bisa terlihat seperti gelisah,
selalu melirik hp, melakukan perintah asal boleh main hp, egois, individualis
dan lain sebagainya.
Bahkan ada anak yang drop out bahkan dikirim ke rumah sakit
jiwa gara-gara game addict. Kejadian tersebut di Kelurahan Banyuanyar
Surakarta. Anak itu sudah duduk di SMA dan kecanduan berat. Tiap hari hanya
main game, sekolah keluar, tidak mau gerak dan ketika membutuhkan sesuatu
berteriak dan harus diladeni. Bila tidak dituruti akan mengamuk. Kini anak itu
dikirim ke Rumah Sakit Jiwa untuk menjalani perawatan.
Kita semua tidak ingin menghendaki hal itu terjadi dan
menimpa kita. Maka dari itu, para orang tua harus pintar membimbing anak untuk menggunakan
gadget dengan arif. Tentu menerapkan syarat penggunaan gadget pada anak
disesuaikan umurnya.
Hal ini juga bukan berarti melarang anak tidak boleh
menggunakan. Yang terpenting yakni tidak boleh membiarkan anak usia dibawah 10
tahun memegang hp tanpa didampingi. Orang tua juga harus membangun kesepakatan
bersama anak, aturan apa yang perlu diterapkan termasuk ke orang tua.
Artinya
bila anak dibatasi menggunakan hp saat jam belajar, orang tua harus menemani
mereka. Bukan malah keasyikan bermain hp hingga sampai mengabaikan
tanggungjawabnya menemani membaca Al Quran atau menemani belajar.
Mendidik anak dijaman modern seperti sekarang ini memang
tidak mudah. Terlalu membatasi tidak baik namun membebaskan juga bisa menyulitkan
orang tua sendiri. Jadi bijaklah dalam mendidik anak.
0 komentar:
Posting Komentar