Jumat, 04 Maret 2011

Saat Ojek Merambah Solo

Pertumbuhan transportasi kota pasti akan diikuti maraknya jumlah tukang ojek. Fenomena ini dapat kita cermati di kota-kota yang sedang berkembang. Sementara di kawasan kabupaten kecil biasanya ojek hanya muncul ketika menjelang dan sesudah lebaran saja. Bisa dimaklumi karena memang penumpang ramai saat hari Raya Idul Fitri saja.

Surakarta atau Solo juga mengalami peningkatan jumlah tukang ojek meski mereka hanya mangkal dikawasan tertentu. Misalnya terminal, stasiun, pemberhentian bus antar kota dan tempat strategis lainnya. Waktu mangkalnyapun lebih banyak malam hari dibandingkan dengan waktu lain seperti siang atau sore. Mereka tidak akan mangkal di depan sekolah, pasar atau mall sebab pasti sepi.

 

Tukang Ojek di Gilingan menunggu penumpang
Keberadaan mereka sebenarnya dibutuhkan masyarakat terutama bagi warga yang ingin akses cepat namun keuangan terbatas. Tentu bila menggunakan taksi biaya yang dikeluarkan akan lebih besar sementara bila memakai becak tidak akan cepat sampai tujuan. Apalagi saat malam hari, jarang ditemui angkutan umum dalam kota apalagi keluar kota.

Hanya saja keberadaan mereka benar-benar tak dianggap sebagai salah satu stakeholders penting pembangunan kota. Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan. Mereka banyak dikontak oleh Satlantas dan sebatas mendapat pengarahan mengenai tertib lalu lintas. Padahal bila diberdayakan tentu akan menguntungkan Pemkot.

Setidaknya bila Kota Surakarta mengklaim sebagai kota wisata, mereka harus dibekali dengan pengetahuan dasar tentang wisata maupun layanan penumpang. Pembinaan terhadap tukang ojek selain meningkatkan kesejahteraan mereka namun juga sebagai upaya keseriusan Pemkot membentuk kota yang ramah dan siap sedia bagi wisatawan.

Terminal, Stasiun, bandara merupakan tempat mangkal bagi berbagai jenis transportasi. Apabila tidak ingin  ada konflik di kemudian hari, idealnya Pemkot melakukan penataan secara tepat agar tidak ada persaingan tidak sehat. Harus ada rumusan yang tepat bagaimana berbagai jenis moda transportasi umum diatur secara tepat.

 

Ojek di Stasiun Purwosari bersaing mendapat penumpang dengan becak, angkot dan taksi
Tanpa adanya intervensi dari instansi yang berwenang baik pemerintah kota melalui Dinas Perhubungan, Satlantas maupun pengelola kawasan keramaian akan menambah pelik. Selain potensi keributan rebutan penumpang, saling iri juga ada kemungkinan perlakuan diskriminatif. Penumpang juga biasanya akan merasa tidak nyaman datang kembali ke Solo.

0 komentar:

Posting Komentar