Surakarta atau Solo juga mengalami peningkatan jumlah tukang ojek meski mereka hanya mangkal dikawasan tertentu. Misalnya terminal, stasiun, pemberhentian bus antar kota dan tempat strategis lainnya. Waktu mangkalnyapun lebih banyak malam hari dibandingkan dengan waktu lain seperti siang atau sore. Mereka tidak akan mangkal di depan sekolah, pasar atau mall sebab pasti sepi.
Tukang Ojek di Gilingan menunggu penumpang |
Hanya saja keberadaan mereka benar-benar tak dianggap sebagai salah satu stakeholders penting pembangunan kota. Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan. Mereka banyak dikontak oleh Satlantas dan sebatas mendapat pengarahan mengenai tertib lalu lintas. Padahal bila diberdayakan tentu akan menguntungkan Pemkot.
Setidaknya bila Kota Surakarta mengklaim sebagai kota wisata, mereka harus dibekali dengan pengetahuan dasar tentang wisata maupun layanan penumpang. Pembinaan terhadap tukang ojek selain meningkatkan kesejahteraan mereka namun juga sebagai upaya keseriusan Pemkot membentuk kota yang ramah dan siap sedia bagi wisatawan.
Terminal, Stasiun, bandara merupakan tempat mangkal bagi berbagai jenis transportasi. Apabila tidak ingin ada konflik di kemudian hari, idealnya Pemkot melakukan penataan secara tepat agar tidak ada persaingan tidak sehat. Harus ada rumusan yang tepat bagaimana berbagai jenis moda transportasi umum diatur secara tepat.
Ojek di Stasiun Purwosari bersaing mendapat penumpang dengan becak, angkot dan taksi |
0 komentar:
Posting Komentar