Sabtu, 05 Maret 2011

Merananya Angkutan Kota di Surakarta

Surakarta merupakan salah satu pusat pemerintahan jaman kerajaan dan sebagai pusat pemerintahan tentu sarana transportasinya jauh lebih dulu berkembang. Menurut beberapa sumber, transportasi kereta api serta andong adalah transportasi umum yang sejak jaman dulu telah ada. Namun kini, kondisi keduanya memang mengalami penyesuaian.


Salah satu angkot melaju di jalanan Surakarta
Seiring perkembangan jaman, andong dan angkutan kota tercatat sebagai alat transportasi publik yang digunakan pasca kemerdekaan. Masyarakat yang sering bepergian bertutur sebelum ada bus kota, Solo sudah diramaikan oleh andong dan angkot. Otomatis jalan yang dilalui merupakan jalan utama atau protokol.

Sekitar 15 tahun yang lalu, menyenangkan rasanya melihat penumpang angkot yang berjubel. Jumlah angkotpun cukup banyak dan terlihat berlalu lalang disudut kota. Jalur-jalur barupun tumbuh seiring perkembangan kota. Jalur baru kebanyakan merupakan jalur pinggiran kota menuju tengah kota. Sebut saja kadipiro, gentan, palur dan masih banyak lagi.

Namun, kurun 5 tahun terakhir adalah waktu yang cukup berat bagi keberadaan mereka. Satu persatu jalur makin sepi dan jumlah armada yang melayani turun drastis. Mereka nampaknya kini mengalami kesulitan bertahan dan bersaing dengan beragamnya transportasi individu. Dalam sebuah penelitian yang diadakan untuk mengeksplorasi keberadaan transformasi informal terungkap beberapa hal.
 Pertama, berbagai angkutan kota di Surakarta kini kondisi “kesehatan”nya sangat memprihatinkan. Mereka bertahan dikarenakan tak ada pilihan lain terutama yang berkaitan dengan skill/kemampuan. Pemilik armadapun rupanya faham akan kondisi ini sehingga sewa armada tak hanya berlaku setengah hari, bahkan 24jam penuh.


Angkot menunggu penumpang di kawasan Kerten
Kedua, jalur-jalur utama yang ada di Kota Surakarta kini justru dirambah oleh Bus Kota (dalam hal ini Damri) sehingga mereka kemudian tergeser jalur pinggir alias tak cukup banyak pelanggan. Padahal idealnya merekalah yang melayani jalur utama tengah kota. Hal ini untuk mengantisipasi kemacetan apalagi bila bus yang dioperasikan untuk pelayanan.

Ketiga, pihak yang berwenang sepertinya tidak responsive atas fenomena yang ada sekarang. Bila Solo mencanangkan sebagai kota tujuan wisata, seharusnya hal-hal seperti ini (ketersediaan transportasi public) benar-benar diperhatikan. Supaya wisatawan yang berkunjung, ketika menggunakan public transportation tidak terkejut.

0 komentar:

Posting Komentar