Siapa yang tak mengakui kedigdayaan Partai Demokrat sewaktu
Pemilu bahkan Pilpres 2004 dan 2009. Dua periode yang menandakan kecemerlangan taktik
pendiri partai yang juga kini menjabat Ketua Umum Partai serta Presiden
Indonesia ke VI, DR Soesilo Bambang Yudhoyono. Sayangnya di periode jabatan
kedua kalinya, struktur partai dan kiprah partai hancur lebur. Banyak pentolan
partai terkena kasus korupsi hingga saat ini tidak kunjung terurai. Mulai dari
pejabat teras partai, dewan penasehat maupun yang memegang Ketua Umum partai terjerat
korupsi.
Sebut saja dijajaran pengurus teras mulai salah satu wakil
ketua DPP yakni Angelina Sondaakh dan Nazarudin. Kemudian Dewan Penasehat yang
mulai menjadi saksi ada Jero Watjik dan Andi Malarangeng dan top leader sang
Ketua Umum yang kini berada di sel tahanan yaitu Anas Urbaningrum. Rentetan
peristiwa inilah yang secara perlahan merobohkan kokohnya Partai Demokrat.
Soesilo Bambang Yudhoyono nampaknya cukup fair membiarkan KPK bekerja meski konsekuensi partainya akan hancur lebur di
Pemilu 2014.
Benar saja, di Pemilu 2014 demokrat tak berkutik dihabisi 2
partai besar yakni Golkar dan PDI Perjuangan. Nasib peserta konvensi calon presiden
makin tak tentu arah. Persiapan Pemilu 2014 terasa jauh lebih berat karena
mereka melawan dari luar dan dari kadernya sendiri. Tahun 2009 merupakan puncak
kejayaan demokrat. Meski perolehannya cuma 20,85 persen tetapi bisa memenangkan
pilpres. Hal ini berkat bangunan koalisi bagi-bagi kursi dengan banyak partai.
Saat itu yang menjadi oposisi hanya PDI Perjuangan dan Gerindra.
Pada 2004, Demokrat cuma mendapat 7,45 persen (8,455 juta)
suara berada di urutan 5 sehingga diganjar 55 kursi. Pasca kemenangannya dalam
Pilpres 2004 menjadikan Pemilu 2009 benar-benar milik partai ini dengan meraih
suara terbanyak mencapai 21,7 juta. Perolehan kursi hampir 3 kali lipat yaitu
150 kursi. Nah berdasar catatan diatas, di 2014 betul-betul merosot hampir
setengahnya. Suara yang didapat demokrat tinggal 12,7 juta suara (10.1 persen)
dan kursi tinggal 61 saja dan berada di urutan keempat.
Kehilangan hampir separo suara otomatis menyisakan kursi
yang tak lagi gemuk seperti periode lalu. Suara 12,7 juta tersebut hanya 6,85
persen suara dari pemilih yang terdaftar atau sebesar 9,12 persen dari pemilih
yang menggunakan haknya. Adapun Caleg Demokrat total menyumbangkan 3,5 juta
suara (27,83 persen) serta sisanya 9,1 juta memilih lambang partai. Dari 77
Dapil, mereka hanya mendapat dari 59 dapil atau 18 sisanya tak mendapatkan
kursi. Perolehan suara terbanyak masih atas nama Edhie Baskoro Yodhoyono (Jatim
VII/243.747).
Diikuti oleh Willem Wandik dari Papua meraih 178.682 dan
Libert Kristo Ibo dari Papua juga 166.734 suara. Minimnya suara didapat atas
nama Caleg Agung Budi Santoso (Jabar II/18.847), Nur Hayati Ali Assegaf (Jatim
V/18.162) serta Ayub Khan (Jatim IV/15.975). Pada periode ini beberapa artis
asal Demokrat sudah tak menjabat lagi diantaranya H Qomar. Setidaknya masih ada
Ruhut Sitompul (Sumut I/34.685), Venna
Melinda (Jatim VI/49.383) serta wakil rakyat baru Dede Yusuf Macan Effendi
(Jabar II/142.939).
0 komentar:
Posting Komentar