Kamis, 03 Juli 2014

Dua Periode Pemilu Berjaya, Kini Demokrat Runtuh



Siapa yang tak mengakui kedigdayaan Partai Demokrat sewaktu Pemilu bahkan Pilpres 2004 dan 2009. Dua periode yang menandakan kecemerlangan taktik pendiri partai yang juga kini menjabat Ketua Umum Partai serta Presiden Indonesia ke VI, DR Soesilo Bambang Yudhoyono. Sayangnya di periode jabatan kedua kalinya, struktur partai dan kiprah partai hancur lebur. Banyak pentolan partai terkena kasus korupsi hingga saat ini tidak kunjung terurai. Mulai dari pejabat teras partai, dewan penasehat maupun yang memegang Ketua Umum partai terjerat korupsi.

Sebut saja dijajaran pengurus teras mulai salah satu wakil ketua DPP yakni Angelina Sondaakh dan Nazarudin. Kemudian Dewan Penasehat yang mulai menjadi saksi ada Jero Watjik dan Andi Malarangeng dan top leader sang Ketua Umum yang kini berada di sel tahanan yaitu Anas Urbaningrum. Rentetan peristiwa inilah yang secara perlahan merobohkan kokohnya Partai Demokrat. Soesilo Bambang Yudhoyono nampaknya cukup fair membiarkan KPK bekerja meski  konsekuensi partainya akan hancur lebur di Pemilu 2014.

Benar saja, di Pemilu 2014 demokrat tak berkutik dihabisi 2 partai besar yakni Golkar dan PDI Perjuangan. Nasib peserta konvensi calon presiden makin tak tentu arah. Persiapan Pemilu 2014 terasa jauh lebih berat karena mereka melawan dari luar dan dari kadernya sendiri. Tahun 2009 merupakan puncak kejayaan demokrat. Meski perolehannya cuma 20,85 persen tetapi bisa memenangkan pilpres. Hal ini berkat bangunan koalisi bagi-bagi kursi dengan banyak partai. Saat itu yang menjadi oposisi hanya PDI Perjuangan dan Gerindra.

Pada 2004, Demokrat cuma mendapat 7,45 persen (8,455 juta) suara berada di urutan 5 sehingga diganjar 55 kursi. Pasca kemenangannya dalam Pilpres 2004 menjadikan Pemilu 2009 benar-benar milik partai ini dengan meraih suara terbanyak mencapai 21,7 juta. Perolehan kursi hampir 3 kali lipat yaitu 150 kursi. Nah berdasar catatan diatas, di 2014 betul-betul merosot hampir setengahnya. Suara yang didapat demokrat tinggal 12,7 juta suara (10.1 persen) dan kursi tinggal 61 saja dan berada di urutan keempat.

Kehilangan hampir separo suara otomatis menyisakan kursi yang tak lagi gemuk seperti periode lalu. Suara 12,7 juta tersebut hanya 6,85 persen suara dari pemilih yang terdaftar atau sebesar 9,12 persen dari pemilih yang menggunakan haknya. Adapun Caleg Demokrat total menyumbangkan 3,5 juta suara (27,83 persen) serta sisanya 9,1 juta memilih lambang partai. Dari 77 Dapil, mereka hanya mendapat dari 59 dapil atau 18 sisanya tak mendapatkan kursi. Perolehan suara terbanyak masih atas nama Edhie Baskoro Yodhoyono (Jatim VII/243.747).

Diikuti oleh Willem Wandik dari Papua meraih 178.682 dan Libert Kristo Ibo dari Papua juga 166.734 suara. Minimnya suara didapat atas nama Caleg Agung Budi Santoso (Jabar II/18.847), Nur Hayati Ali Assegaf (Jatim V/18.162) serta Ayub Khan (Jatim IV/15.975). Pada periode ini beberapa artis asal Demokrat sudah tak menjabat lagi diantaranya H Qomar. Setidaknya masih ada Ruhut Sitompul (Sumut I/34.685),  Venna Melinda (Jatim VI/49.383) serta wakil rakyat baru Dede Yusuf Macan Effendi (Jabar II/142.939).

0 komentar:

Posting Komentar