Senin, 05 Agustus 2013

Petani Bertempur Dengan Tikus

Pertanian sebenarnya menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan Indonesia. Tidak saja sebagai ujung tombak penyediaan bahan pangan utama namun hampir merata petani ada diseluruh penjuru. Meski demikian, kepedulian pemerintah dalam pertanian masih minim. Peran Menteri Pertanian belum cukup signifikan dalam memproteksi kepentingan petani. Pe er besar yang kian hari malah bertambah bukan berkurang.

Ketika beban petani makin bertambah dan pemerintah makin tak peduli otomatis banyak petani beralih usaha. Menjual hektaran lahan sawah produktif kepada investor yang kemudian di sulap menjadi lahan perumahan, lahan industri, pertokoan, SPBU dan beragam usaha lainnya. Kalau yang masih bertahan biasanya memiliki usaha utama dan pertanian hanya sampingan saja. Tak heran kini malah banyak ditemui buruh tani yang pemilik utama lahan adalah pengusaha.


Para pengusaha yang mempertahankan lahan pertaniannya bukan karena lebih suka memproduksi beras melainkan belum berpikir usaha lainnya memanfaatkan lahan tersebut. Dipinggiran Kota Solo relatif massif pembangunan perumahannya hingga lahan pertanian berganti menjadi perumahan. Lihat kawasan Kartosuro, Baki, Colomadu, Gumpang, Donohudan, Ngemplak dan kawasan lainnya secara cepat berganti komplek perumahan.


Tantangan lain kesulitan air menjadi problem rutin. Pasokan air dari umbul makin minim dan tidak mungkin mengandalkan musim yang kian tak menentu. Kalau toh pun lancar, air yang mengalir sudah bercampur dengan limbah pabrik atau rumah tangga dan tak baik bagi tanaman padi. Harga pupuk kian melambung tak diikuti kenaikan harga gabah sehingga petani merugi seakan sudah hal lumrah. Akibatnya sudah beberapa tahun pemerintah mengimpor beras dari Vietnam.

Para pemuda anak petani kini telah bersekolah tinggi-tinggi dan tak tertarik di pertanian. Kesan kotor, rendahan dan penghasilan yang tak besar mengakibatkan para petani tak memiliki generasi penerus. Pekerjaan petani bukanlah pekerjaan yang bisa dibanggakan. Cuaca tak menentu menambah beban petani disertai pendamping lapangan (PPL) yang makin hari makin jarang datang. Sulit kita menemui ditepian sawah ada beberapa petani duduk melingkar mendengarkan PPL memberi tips dan trik menghadapi cuaca.

Perubahan cuaca juga mengakibatkan produksi pertanian kian lesu. Entah hama, tiupan angin maupun tiadanya hujan harus dihadapi sendiri oleh mereka. Beberapa petani di kawasan Sukoharjo dan Boyolali kelimpungan memberantas tikus. Akhirnya mereka memasang jerat listrik yang sebenarnya berbahaya. Akibatnya fatal, beberapa orang meninggal tersengat arus. Meski demikian mereka tetap ngotot cara itulah yang cukup efektif.

Sudah ada inisiasi baru memberantas tikus yakni mengembangkan predator tikus yang aman bagi manusia yakni pengembangbiakan burung hantu. Tantangan selanjutnya adalah mengedukasi masyarakat supaya tidak memburu burung hantu yang sanggup memangsa puluhan tikus dalam 1 malam. Terobosan yang sangat ramah lingkungan ini perlu didukung oleh pemerintah supaya penanganan masalah bukan justru menimbulkan masalah baru.

0 komentar:

Posting Komentar