Jumat, 08 Juli 2011

Sebaiknya Kita Golput Saja

Berbagai perilaku anggota DPR semakin hari kian membuat masyarakat menjadi muak. Bukannya semakin baik namun justru menjadi tidak karuan. Baik yang tidak terkena kasus maupun yang sedang bermasalah. Rupanya masyarakat Indonesia benar-benar sedang diuji tidak hanya kesabarannya namun juga jiwanya. Akankah mereka akan terus menerus menerima saja saat wakil rakyat banyak yang terkena kasus. Sudah tak terhitung berapa orang yang tersangkut kasus korupsi.

Yang terakhir dan menjadi fenomenal tentu saja bekas bendahara Partai Demokrat yakni Nazarudin. Pasca dilengserkan dari posisi bendahara, dia tetap saja tak menampakkan batang hidungnya. Tiap hari berkoar-koar melalui Black Berry massangernya ke berbagai pihak menanggapi kasus-kasus yang dituduhkan kepadanya. Kalau mau tahu, politisi ini berusia sangat muda yakni 32 tahun. Tapi siapa sangka posisinya begitu strategis di partai milik penguasa ini.
Salah satu sudut ruang salah satu fraksi di lantai 12

Padahal yang menempuh jenjang sejak tahunan lalu juga belum tentu bisa menduduki posisi teras. Dia juga bukan dari kelas pengusaha ternama atau bekas penguasa. Tapi siapa sangka posisinya sangat strategis. Banyak pihak menduga, Nazarudin sebenarnya orang Anas Urbaningrum dari kelompok KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam). Itu yang paling mungkin karena berbagai pelacakan atas namanya juga tak menghasilkan data signifikan yang membuat dirinya pantas menjabat bendahara umum PD.

Rupanya pilihan Anas keliru, pasca keluarnya dugaan kasus suap pembangunan wisma atlet yang melibatkan Sesmenpora Wafik Muharram senilai Rp 3,2 M yang terdapat dilaci kantor dan menyusul diperiksanya Mirdo Rosalina Manulang, Nazarudin kabur. Setelah itu, Ruhut getol menolak sangkaan Nazarudin terlibat. Kini kenyataannya setelah KPK menyatakan sebagai tersangka, semua orang di Demokrat tak ada satupun yang bersedia melindunginya.

Itulah kualitas wakil kita yang diseleksi oleh partai politik. Rakyat jelata yang mencuri kapas, piring, ayam bahkan harus berhadapan dengan sesama rakyat, masih bonyok dipukuli dan pasti masuk prodeo. Sementara para koruptor bisa kabur begitu saja. Saya yakin tidak hanya Nazarudin, karena masih banyak orang di Senayan yang terlibat kasus-kasus lainnya. Mereka tahu dengan berada di sana, mereka bisa lobi, tawar menawar, negosiasi dan bahkan lepas dari penjara.
Salah satu siaran live dari Gedung Nusantara II
Dengan gaji yang mereka dapatkan serta masih mendapat fasilitas yang lainnya, sulit rasanya kita berharap mereka serius memikirkan rakyat. Setiap hari hanya kemewahan dan kenikmatan semata yang didapat. Tak heran bila nanti dilain waktu masih ada anggota DPR yang masih diuber-uber oleh KPK, Kepolisian maupun kejaksaaan. Tak aneh bila saat sidang tidak hanya tidur, ngobrol sendiri, chating, maen BBM atau bahkan membuka video porno. Ya memang begitulah sejauh ini hasil demokrasi di Indonesia. Belum ada yang membanggakan atau patut dijadikan contoh.

Disisi lain, masyarakat pada bulan ini menghadapi kesulitan ekonomi, biaya sekolah, dan menjelang bulan puasa. Berharap pada perubahan yang dilakukan DPR seperti kita berharap perubahan pada anak TK. Tak akan terjadi apa-apa atau perubahan yang lebih baik atas kehidupan masyarakat kebanyakan. Para wakil rakyat sudah bebal, tak punya hati apalagi empati. Rasa duka mereka hanya bohong semata dan untuk meraih dukungan.

Jika begitu, apa yang pantas dibanggakan? ah tak ada yang bisa kita harap apalagi kebanggaan. Semua perilaku wakil rakyat hanya mengabdi pada partai politik atau kepentingan sesaat. Rakyat sudah muak dengan segala tipu daya dan suatu saat akan sampai pada titik nadir krisis kepercayaan pada mereka. Hingga kini tak ada perubahan apapun yang bisa kita lihat, kita dengar apalagi kita rasakan. Memang sebaiknya kita golput saja.

0 komentar:

Posting Komentar