Sabtu, 02 Juni 2018

Merealisasikan Indonesia Yang Pancasilais Di Tangan Jokowi

|1 komentar
Tidak banyak tokoh bangsa benar-benar memahami falsafah pancasila, apalagi mampu merealisasikannya. Sudah berates anggota DPR, pejabat, eselon, bahkan menteri berganti namun mereka bekerja hanya sebatas apa yang ditugaskan saja. Pancasila jelas menjadi falsafah bangsa dan oleh karenanya harus diwujudkan serta diterima rakyat sebagai hak. Bagi kalangan pejabat, tentu hal itu menjadi kewajiban. Menjadi miris karenanya bila orang macam Amien Rais, Alfian Tanjung, Suryo Prabowo, Tengku Zulkarnain, Mardani Ali Sera, Fachri Hamzah dan lainnya justru lebih suka membuat riuh negara ini. Jangankan berempati, untuk sekedar berbagi kritik yang membangun saja sudah sulit diharapkan. Lihat saja berbagai kata, kalimat, ujaran yang mereka sampaikan baik ke wartawan, diatas mimbar, di depan umat bukan...[selengkapnya]

Rabu, 30 Mei 2018

Jokowi Terapkan Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

|0 komentar
Kebijakan kepala Negara dapat mencerminkan apa yang menjadi visi misinya. Tentu dia harus mampu menjalankan amanat terutama mewujudkan sila yang ada dalam Pancasila. Dalam perjalanan kebangsaan ada banyak representasi kebijakan yang dilihat sebagai ejawantah dari Pancasila tetapi khusus sila ke 3 Persatuan Indonesia dan sila ke 5 Keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia belum banyak yang merealisasikannya. Terpilihnya Presiden Joko Widodo sebagai presiden dari kalangan bukan siapa-siapa setidaknya menunjukkan harapan besar. Dia bukan pengusaha besar nasional, dia bukan keturunan birokrat besar, dia bukan pejabat teras partai namun dedikasi dan kiprahnya mampu membawa aspirasi rakyat. Sehingga sejak menjabat Walikota Surakarta, Gubernur DKI hingga Presiden selalu disambut gegap gempita. Pria...[selengkapnya]

Selasa, 29 Mei 2018

Memberangus Perusak Islam

|0 komentar
Diakui atau tidak, Islam sebagai agama mayoritas tumbuh dan berkembang dengan luar biasa. Bukan hanya dalam hal pemahaman namun juga aliran atau ormasnya. Bahkan tatkala ada ormas yang membuat citra Islam terpuruk, masih banyak yang belum tersadarkan. Bahkan sekelompok kecil ormas Islam yang mengklaim paling Islami justru berusaha meruntuhkan bangunan NKRI. Ya, itulah Hizbut Tahrir Indonesia. Sebuah ormas Islam yang dibiarkan tumbuh dan berkembang saat rezim SBY sejak 2015 mulai mengusik Indonesia. Mereka mulai menunjukkan taringnya dengan mendirikan organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan Gema Pembebasan. Jargon yang mereka bawa adalah menolak demokrasi sebagai sistem negara dan menolak Pancasila sebagai ideologi organisasi. Mereka membawa doktrin khilafah islamiyah sebagai system kepemimpinan. Dan...[selengkapnya]

Senin, 28 Mei 2018

Optimisme Indonesia

|0 komentar
“Assalamu’alaikum” sapanya saat memasuki ruang pertemuan disalah satu sudut Istana Bogor akhir pekan kemarin. “Wa’alaikumsalam” kami hampir menjawab serentak Presiden yang mengenakan baju putih, celana hitam dan sepatu kets merah menyalami kami satu persatu disertai senyum ramahnya. Meski terlihat letih, sorot matanya menyinarkan optimisme, memancarkan keyakinan dan menunjukkan beliau memang orang yang pantas memikul beban ini.  Ya, beliau menyelami kami dengan bergeser langkah bukan kami yang bergantian bersalaman. Sore itu kami berbincang santai tentang banyak hal, tentang banyak tema, tentang beragam topik namun ujungnya satu demi NKRI. Presiden Joko Widodo menegaskan berbagai kebijakan yang diambil menunjukkan bahwa masih ada sila-sila di Pancasila yang belum terimplementasikan...[selengkapnya]

Minggu, 27 Mei 2018

Presiden Pancasilais

|0 komentar
Entah apa yang dipikirkan para pembenci Presiden Joko Widodo, mereka hampir tak berhenti selama 3,5 tahun menghasut. Sudah berbagai isu dilontarkan namun berhasil di klarifikasi. Keributan itu sebenarnya hanya terjadi di media sosial karena bersumber dari akun-akun yang ga jelas dan penebar fitnah. Tidakkah mereka selayaknya mengerti, tahu, dan faham bahwa telah banyak yang dilakukan oleh Jokowi? “Freeport itu memberi kita keuntungan hanya 19,5 % lebih dari 40 tahun, tidak ada yang ribut. Kita renegosiasi sudah 3 tahun belum putus untuk dapat 51 % saham. Kalau mereka tidak mau ya kita kelola sendiri” jelas Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Jangan pernah pikir menaikkan prosentase saham itu semudah mengucapkan dibibir. Mengapa? Sebelum keputusan diambil banyak bisik-bisik sampai...[selengkapnya]

Selasa, 13 Maret 2018

Islam Kita

|0 komentar
Mengapa Islam begitu banyak pengikutnya? Ini bukan soal apa yang sudah digariskan sang Pencipta namun karena para penebar agama kedamaian ini menebarkan nilai-nilai Islam dengan cara Islami. Cara-cara yang memang mencerminkan Islam itu sendiri. 1.    Rasulullah Sebagai pembawa agama Illahi, beliau tidak bisa dibandingkan dengan siapapun. Semua mengakui bahwa Muhammad Rasulullah telah menerapkan dan mengajarkan sebuah agama yang menjadi kebutuhan semua manusia. Semua yang disampaikan benar-benar secara akal, naluri hingga jiwa mencerminkan kebutuhan kita sebagai manusia. Beliau tidak hanya dihormati oleh para sahabat atau umatnya namun juga oleh musuh-musuhnya. Banyak cerita yang kita dengar bagaimana Nabi Muhammad menyikapi atau memperlakukan sesuatu. Beliau tidak sekedar...[selengkapnya]

Jumat, 09 Februari 2018

Lagi, Ustadz Abdul Somad "Terperosok" Dalam keteledoran

|0 komentar
Dai yang sudah hamper setahun ini naik rupanya terus menimbulkan polemic. Bukan soal apa yang tidak dikuasainya tetapi justru dia mengulangi hal yang selayaknya tidak menjadi ranahnya. Entah apa yang dibenak Abdul Somad ketika menyampaikan soal suap syariah, suap yang diperbolehkan. Bagaimana bisa perilaku haram diperbolehkan. Ini menandakan bahwa siapapun harus menghindari kesombongan terutama dalam diri sendiri. Jika secara mentalitas tidak siap, akan mudah terpeleset. Hal-hal yang sangat dijaga oleh ulama-ulama NU. Sangat jarang para dai dari Nahdliyin terpeleset lidah sebab mereka memiliki pengendalian diri cukup matang. Secara materi dan metodologi sebetulnya Ustadz Abdul Somad bagus. Dia yang berpaham ahlussunnah wal jamaah menyampaikan beberapa khilafiyah dengan cara bagus sehingga...[selengkapnya]

Rabu, 07 Februari 2018

COO Kompasiana Yang Naif

|0 komentar
Saya tidak mengenalnya secara personal dengan Chief Operating Officer Kompasiana yang saat ini, Iskandar Zulkarnain. Hanya berteman via FB saja dan sudah lupa siapa yang duluan add. Dia menggantikan Kang Pepih Nugraha yang saat ini sudah mengoperasikan web sendiri yang lebih keren PepNews setelah sebelumnya ikut melahirkan Selasar. Setahu saya Iskandar pernah mampir solo ngajak bertemu beberapa Komposono (penulis Kompasiana) dari Solo. Kebetulan saat itu saya ada acara sehingga tidak sempat ketemu. Dulu, Kompasiana cukup beken sebelum muncul berbagai media online yang menyita perhatian. Banyak penulis keren betah di Kompasiana serta ga yakin mandiri. Sebut saja Alifurrahman (Seword), Yusran Darmawan (Locita), Palti Hutabarat (Indovoice), Gunawan (Kabarkan) serta nama lain yang jadi andalan...[selengkapnya]

Kamis, 04 Januari 2018

Penolakan Yenni Wahid, Signal Prabowo Tak Layak Capres

|0 komentar
Penolakan Zannuba Ariffah Chafsoh atau lebih dikenal Yenni Wahid pada Gerindra untuk maju sebagai Cagub Jatim semakin menguatkan asumsi bahwa Prabowo tak layak menjadi Calon Presiden pada Pilpres 2019 mendatang. Bukan hanya karena dari berbagai hasil survey lembaga independen menunjukkan hal itu namun faktor internal juga menambah beban Gerindra untuk bertarung di perebutan RI 1 mendatang. Padahal disisi lain, sanga petahana elektabilitasnya terus naik, kinerjanya diapresiasi positif, program infrastruktur juga makin dirasakan rakyat. Meski masih ada kekurangan disana sini tetapi tidak cukup signifikan dibandingkan hasil yang diperoleh. Jajaran kabinet juga terlihat moncer diberbagai bidang. Yang merasakan bukan hanya masyarakat Jawa namun Papua mendapat perhatian serius. Keberhasilan petahana...[selengkapnya]

Pesan Gus Dur dalam Pernyataan Yenni Saat Tolak Pinangan Gerindra

|1 komentar
Zannuba Ariffah Chafsoh atau lebih dikenal dengan nama Yenni Wahid, putri sulung Presiden Indonesia ke 4 kemarin (3/1) menolak pinangan Prabowo untuk dicalonkan sebagai Calon Gubernur Jatim. Sebelum mengajukan Yenni, Gerindra menggadang-gadang 2 kadernya yakni La Nyalla Mattaliti serta Moreno Suprapto. Namun nampaknya ada survey ditingkat internal yang mempengaruhi batalnya 2 kader untuk ditarungkan di Pilkada 2018. "Tawaran tersebut saya pertimbangkan dengan matang, tetapi kami keluarga Gus Dur meyakini punya tugas sejarah untuk menjaga bangsa ini dan memastikan keluarga NU (Nahdlatul Ulama) tidak pecah," kata Yenny di rumah Prabowo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (3/1/2018). Ingat, mbak Yenni bukan ditawari jadi pengurus partai, membuat ormas, direktur perusahaan atau bupati....[selengkapnya]