“Assalamu’alaikum” sapanya saat memasuki ruang pertemuan
disalah satu sudut Istana Bogor akhir pekan kemarin.
“Wa’alaikumsalam” kami hampir menjawab serentak
Presiden yang mengenakan baju putih, celana hitam dan sepatu
kets merah menyalami kami satu persatu disertai senyum ramahnya. Meski terlihat
letih, sorot matanya menyinarkan optimisme, memancarkan keyakinan dan
menunjukkan beliau memang orang yang pantas memikul beban ini.
Ya, beliau
menyelami kami dengan bergeser langkah bukan kami yang bergantian bersalaman.
Sore itu kami berbincang santai tentang banyak hal, tentang
banyak tema, tentang beragam topik namun ujungnya satu demi NKRI. Presiden Joko
Widodo menegaskan berbagai kebijakan yang diambil menunjukkan bahwa masih ada
sila-sila di Pancasila yang belum terimplementasikan dengan baik. Salah satunya
selisih harga BBM di kawasan Indonesia Timur.
“Berapa harga BBM disini (Wamena)?” cerita Presiden saat
mengunjungi Wamena dalam sebuah kesempatan.
“Rp 60.000 pak” jawab masyarakat
“Bagi saya kalau Rp 10,000 masih dimaklumi karena selisih
biaya transportasi. Kata mereka Rp 60.000 itu dalam keadaan normal, jika sedang
laut pasang bisa sampai Rp 100.000. Hati nurani saya terusik, bagaimana bisa
kita satu Negara dan yang di Jawa sudah menikmati BBM harga paling mahal Rp
7.000 – Rp 8.000 mereka harus bayar sampai Rp 100.000. Maka dari itu saya
perintahkan pertamina untuk menyamakan harga, entah bagaimana caranya” urai
Presiden,
Saat menjelaskan nampak sekali penekanan kata, intonasi
maupun helaan nafas pada kalimat yang menandakan keprihatinan, kepedihan
sekaligus kegusarannya. Beliau seakan-akan ingin mengungkapkan :
Kita ini satu bangsa tapi berlaku tidak adil
Kita ini satu bahasa tapi tidak memberikan hak yang sama
pada warga Indonesia timur
Kita ini satu negara
tapi membeda-bedakan dalam membangun
Kini, berbagai wilayah Indonesia Timur sudah menerapkan BBM
1 harga. Bayangkan, mereka harus merasakan BBM 1 harga harus menunggu 73 tahun
merdeka. Mereka menikmati harga sama perlu pergantian 7 presiden. Mereka
menikmati harga-harga turun dipengaruhi biaya BBM karena Jokowi tersentuh
empatinya.
Bila rakyat Papua yang 73 tahun terabaikan juga
diperhatikan, bagaimana dengan Indonesia?
Optimis Jokowi
Optimis Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar