Diakui atau tidak, Islam sebagai agama mayoritas tumbuh dan
berkembang dengan luar biasa. Bukan hanya dalam hal pemahaman namun juga aliran
atau ormasnya. Bahkan tatkala ada ormas yang membuat citra Islam terpuruk,
masih banyak yang belum tersadarkan. Bahkan sekelompok kecil ormas Islam yang
mengklaim paling Islami justru berusaha meruntuhkan bangunan NKRI.
Ya, itulah Hizbut Tahrir Indonesia. Sebuah ormas Islam yang
dibiarkan tumbuh dan berkembang saat rezim SBY sejak 2015 mulai mengusik
Indonesia. Mereka mulai menunjukkan taringnya dengan mendirikan organisasi
kemahasiswaan dan kepemudaan Gema Pembebasan. Jargon yang mereka bawa adalah
menolak demokrasi sebagai sistem negara dan menolak Pancasila sebagai ideologi
organisasi. Mereka membawa doktrin khilafah islamiyah sebagai system
kepemimpinan.
Dan puncaknya saat diselenggarakan Muktamar HTI di Istora
Senayan Tahun 2015 yang bahkan disiarkan langsung oleh TVRI. Mereka meneriakkan
kata Khilafah bersama-sama dan berulang kali. Kemudian tahun 2016 ada pertemuan
antar lembaga dakwah kampus seluruh Indonesia dan mereka memproklamirkan
kesetiaannya untuk memperjuangkan Khilafah Islamiyah.
Padahal Pancasila sebagai sebuah dasar negara merupakan
hasil final yang juga dirumuskan termasuk para alim ulama. Menafikkan Pancasila
termasuk menafikkan kemampuan Ulama-ulama besar jaman dahulu yang keilmuan
agamanya sangat bisa dipertanggungjawabkan.
Melandaskan keyakinan bahwa HTI jelas telah melanggar
konstitusi, Presiden Joko Widodo langsung mengeluarkan Perpres tentang
Organisasi Masyarakat yang kemudian berubah menjadi UU Ormas. Meski HTI
melakukan banding namun pengadilan telah menetapkan bahwa HTI termasuk
organisasi yang terlarang. “Bukan hanya kita yang melarang HTI. Ada 15 negara
Islam juga melarang HTI termasuk Arab Saudi, Malaysia, Mesir, Turkey, Iran dan
lain sebagainya” ungkap Presiden Joko Widodo akhir pekan lalu.
“Banyak yang menyampaikan ke saya untuk tidak membubarkan
HTI dengan argument akan menurunnya dukungan politik. Tapi saya juga
mempertimbangkan masukan tokoh-tokoh Islam lain yang juga kredibel serta fakta
yang ada. Buktinya dari survey terakhir terbukti tokoh yang pro dengan Islam
adalah saya. Melaju jauh diatas tokoh-tokoh lain dengan prosentase mencapai
70%” tambah kakek Jan Ethes Srinarendra di Istana Bogor.
Dengan dibekukannya HTI, gerakan-gerakan melawan pemerintah
dan mengklaim ada upaya penistaan agama menyusut drastis. Apabila diperhatikan,
sebagian kecil kelompok sering membawa atau mengaku representasi Islam. Padahal
jumlah mereka sangat kecil bahkan sangat tidak signifikan sebagai representasi
umat. Lihat saja HTI, FPI, hingga alumni 212 sering mengaku-aku mewakili Islam.
Hal yang sama tidak dilakukan oleh Muhammadiyah atau NU walaupun jumlah
jamaahnya puluhan juta.
Pembubaran HTI sangat tepat bahkan jika dilanjutkan pada
ormas-ormas yang merusak citra Islam. Mereka tak lagi layak mengaku mewakili
Islam karena representasi Islam yang sesungguhnya ada pada akhlak/perilaku
bukan pada organisasi.
0 komentar:
Posting Komentar