Perkembangan APBD kadang tidak selalu beriringan dengan
iklim investasi daerah. Faktor yang jelas saling mempengaruhi yakni kebijakan.
Pemerintah daerah tidak memiliki beban dalam memberi fasilitas investasi
terutama pelayanan perijinan. Tetapi tidak banyak yang diharap kepala daerah
memiliki terobosan penting. Selain perijinan, yang dipastikan oleh investor adalah
iklim investasi, perkembangan pasar, biaya tenaga kerja, kepastian usaha dan
beragam lain. Lokasi investasi belum tentu menjadi faktor penting.
Hingga sekarang tidak banyak pemerintah kabupaten yang
memiliki penataan seperti Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) yang jelas. Mana
wilayah untuk investasi, mana pemukiman, mana pertanian, mana perkantoran atau pertokoan
dan lain sebagainya. Pembagian kawasan ini cukup penting supaya pengelolaan
kota menjadi lebih ringan. Baik sistem drainase, manajemen angkutan jalan raya,
pengaturan perhubungan, pembukaan ruang hijau dan faktor lain. Ada beberapa
lokasi yang idealnya hanya untuk kawasan tertentu.
Solopos cetak 13 Juni 2013 |
Sebut saja kawasan pertanian yang tidak mudah digantikan
wilayah lain karena bisa jadi wilayah baru itu tandus. Yang sering mencaplok
kawasan pertanian pada akhir-akhir ini yaitu permukiman. Jumlah penduduk yang
berkembang pesat menyebabkan permukiman tumbuh subur. Di pinggiran Solo Raya
mudah kita temui perumahan baru seperti Kecamatan Colomadu, Palur dan Gondang
Rejo (Karanganyar), Kecamatan Kartasura, Baki dan Grogol (Sukoharjo), Kecamatan
Pengging dan Ngempak (Boyolali), Kecamatan Wonosari dan Delanggu (Klaten).
Boyolali sebagai salah satu kabupaten di Solo Raya yang
membuka ruang investasi. Dalam 2 tahun sepertinya tumbuh dengan baik. Di
Kabupaten Susu ini masih banyak wilayah yang bisa dikembangkan dengan investasi
selain kawasan Mojosongo yakni Juwangi, Wonosegoro maupun Klego. Mengembangkan
ruang investasi di Mojosongo maupun Ampel terkendala mahalnya harga tanah,
akses lalu lintas terlalu padat maupun tanah yang dikandungnya lebih cocok
dimanfaatkan pertanian.
Sebaiknya Seno Samudro sebagai bupati menghentikan peluang
investasi disini. Alihkan peluang investasi bagi Juwangi, Wonosegoro dan Klego
yang merupakan kawasan yang selama ini terkesan diabaikan. Padahal akses jalan
saat ini lumayan bagus, lahan tersedia cukup luas dan pertanian tidak
berkembang cukup baik. Sediakan insentif bagi investor yang mau berinvestasi
kesana sehingga daerah sisi timur ini akan berkembang optimal. Awal tahun
1990an, waduk Kedungombo cukup menarik bagi wisatawan.
Namun sekarang seperti tak terdengar kabarnya lagi. Hal ini
patut disayangkan dan cukup banyak tempat wisata di Boyolali kiprahnya tidak
terdengar. Selain Kedungombo ada Pengging, Waduk Cengklik, Pemancingan Tlatar
dan lain sebagainya. Masih banyak potensi lain yang bisa digali secara optimal
dan menjadikan Boyolali sebagai salah satu alternatif kunjungan. Mengoptimalkan
potensi akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan menciptakan atau membuat lokasi
wisata baru.
0 komentar:
Posting Komentar