Kamis, 21 Agustus 2014

Produksi Padi Dan Jumlah Warga Miskin Di Wonogiri

Seringkali keberhasilan pembangunan disalah satu sektor, tidak diikuti oleh sektor lain. Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi bagi suatu daerah tidak dilakukan by design alias jalan dengan sendirinya. Pertumbuhan yang terjadi karena upaya masyarakatnya sendiri sehingga kontribusi pada peningkatan kesejahteraan tidak terwujud. Hal ini bisa kita lihat indikatornya hampir di semua kabupaten/kota. Pertumbuhan pendapatan perkapita naik tetapi jumlah warga miskin tetap bahkan bertambah. Atau produksi tertentu meningkat namun warga miskin meningkat.

Solopos cetak 22 Februari 2014
Sekarang kita lihat di Kabupaten Wonogiri. Melihat pertumbuhan luasan lahan pertanian maupun hasil padi meningkat pesat lima tahun terakhir, faktanya 2 tahun terakhir jumlah warga miskin meningkat. Tahun 2008 ada seluas 43.600 ha lahan tanaman padi yang menghasilkan 2,4 juta kwintal padi. Setahun berikutnya menjadi 47.970 ha dengan hasil 2,8 juta kwintal padi. Kemudian di 2010 menjadi 49.876 ha hasilnya bertambah menjadi 2,9 juta kwintal. Di Tahun 2011 hasil terus bertambah menjadi 3 juta kwintal dari lahan 54.185 ha. Dan 2012 dengan 55.168 ha menghasilkan padi 3,2 juta.

Bila dikalkulasi selama 5 tahun luas lahan bertambah sekitar 12.000 ha dengan peningkatan hasil 800 ribu kwintal lebih. Bukankah penambahan luas maupun hasil akan meningkatkan jumlah petani atau penggarap sawah? Inilah peran pentingnya Dinas Pertanian atau yang terkait untuk melakukan pemetaan, pemerataan pertumbuhan, pendistribusian kebutuhan maupun tindaklanjut dari hasil panen sendiri. Otomatis bertambahnya barang akan meningkatkan keterlibatan pihak lain. Dinas Pertanian Wonogiri harus mencermati perkembangan positif ini.

Anehnya berdasar data Kantor Ketahanan Pangan penurunan warga penerima raskin hampir separuhnya. Di 2013 tercatat ada 127.885 keluarga penerima raskin. Namun setahun berikutnya hanya tersisa 70.569 keluarga saja. Apakah mungkin dalam 1 tahun jumlah warga miskin berkurang hingga 50.000 keluarga? Analisa ini harus dilakukan dengan baik dan benar supaya tiap pergantian pemerintahan jumlah warga miskin membesar dan menjelang akhir selalu beringsut turun. Danar Rahmanto sebagau bupati tidak terdengar kiprah spesifiknya dalam pemberantasan kemiskinan.
Solopos cetak 5 Februari 2014

Peningkatan APBD 3 tahun terakhir dari Rp 1,3 T ke Rp 1,5 T dan tahun ini menembus Rp 1,623 T tentu pantas disyukuri. Sayangnya dari sebesar anggaran tersebut, sebanyak Rp 1 T berasal dari pusat yakni Dana Alokasi Umum. Tak heran bila anggaran sebesar itu ya habis semua untuk membiayai gaji pegawai. Sedangkan belanja barang modal dan jasa sangat minim. Di Tahun 2012 tercatat belanja barang dan jasa serta modal hanya Rp 333 miliar, 2013 naik menjadi sekitar Rp 375 miliar dan tahun ini ada Rp 431 M.

Terpilihnya Jokowi sebagai presiden harusnya mampu memacu semangat bagi bupati untuk melayani masyarakat semakin baik. Wonogiri dulu dikenal dengan kegersangannya namun kini sudah mulai berkurang dan inilah potensi besar yang bisa dikembangkan. Ada banyak modal yang sudah ada untuk membangun wilayah, tinggal kemauannya ada atau tidak. Tanpa kepemimpinan yang baik, Wonogiri akan tertinggal dari kabupaten lain disekitarnya.

0 komentar:

Posting Komentar