Pemilihan umum sukses digelar pada 9 April lalu dan diharapkan mampu menghasilkan anggota dewan yang kredibel, bertanggungjawab serta bersih dari kasus korupsi dan kasus lain. Anggota DPR periode 2009 - 2014 tidak sedikit yang terkena kasus korupsi bahkan kasus asusila. Tentu hal ini menjadi keprihatinan tersendiri. Demokrasi yang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia diharapkan bisa terwujud. Namun banyak yang memperlakukan demokrasi sebagai tujuan sehingga tindakannya berakibat fatal.
Saat masa kampanye bertebaran kasus-kasus dan yang paling banyak serta membuat prihatin adalah money politik. Money politik tidak sekedar berwujud uang namun juga barang, fasilitas serta lainnya yang tidak mempengaruhi kesejahteraan atau perbaikan lingkungan. Meski dibeberapa wilayah pelaku money politik tertangkap, tidak ada sanksi yang tegas. Maklum pasti si caleg akan mudah mengelak dan yang terkena hukuman tim suksesnya.
Melawan money politik di era kini makin berat karena masyarakat sendiri punya pandangan daripada menolak tak mendapat apapun atau caleg pilihannya belum karuan berbuat benar, ya setidaknya dapat uang Rp 10.000 hingga Rp 100.000. Untuk menghapus money politik memang tidak mudah. Suatu saat model money politik akan mengalami titik jenuh dan pelakunya akan kelelahan sendiri. Kasus cukup besar yakni ditangkapnya sebuah mobil di daerah Gunung Kidul dengan uang ratusan juta serta alat peraga kampanye.
Sayangnya tidak ada sanksi tegas termasuk pada si caleg yang kabarnya potensi lolos ke DPR RI. Dari Pemilu lalu, berbagai lembaga survey merilis perolehan sementara Parpol peserta pemilu sebanyak 12 partai. Ada yang tampil mengejutkan namun ada yang perolehan suaranya jeblok. Padahal budget yang dikeluarkan untuk sosialisasi termasuk besar. Sebut saja Partai Hanura dan Partai Nasdem. Hanura melalui MNC Group secara total berkampanye massif di media jaringannya tetapi hasilnya jauh dari harapan.
Demikian pula Partai Nasional Demokrat, partai baru yang diketuai oleh Surya Paloh dibawah bendera Media Indonesia. Dari berbagai hitung cepat, Nasdem memperoleh suara nasional 6,9 persen suara atau menempati posisi ke 8 dari seluruh parpol. Kemudian Partai No urut 2, Partai Kebangkitan Bangsa mendapat 9,2 persen atau menduduki urutan kelima. Pada pemilu 2009 partai berlambang bola dunia ini hanya mendapat 4,9 alias mendapat perolehan 2 kali lipat.
Partai Keadilan Sejahtera dalam hitung cepat mendapat 6,9 persen (urutan 7) merosot tidak cukup banyak dari pemilu lalu (7,8 persen). Yang diprediksi perkasa karena mencapreskan Joko Widodo yaitu PDI Perjuangan memperoleh 19,1 persen dan merupakan perolehan terbanyak. Lumayan naik dari perolehan 2009 yang hanya 14,03 persen. Partai Golkar membuntuti dengan 14,3 persen dibawah PDI Perjuangan. Perolehan ini relatif sama dengan pemilu lalu yang mencapai 14,4 persen suara. Partai Gerindra mengejutkan dengan mendapat 11,8 persen diurutan ke 3 meski pemilu lalu cuma 4,46 persen.
Partai Demokrat yang paling parah penurunannya yang di Pemilu 2009 diposisi pertama dengan 20,8 persen, kali ini tinggal 9,6 persen alias mendapat nomor 4 saja. Untuk PAN meski naik (dari 6,01 di 2009 menjadi 7,5 persen) namun banyak yang tidak menduga perolehan ini. Demikian juga dengan PPP diurutan ke 9 yang hanya mendapat 6,7 persen (2009 mendapat 5,3 persen). Hanura yang gencar berkampanye di televisi hasilnya hanya 5,5 persen meski pemilu lalu lebih sedikit (3,3 persen). PBB perolehannya di 1,6 persen lebih sedikit dari pemilu lalu 1,7 persen. Urutan terakhir PKPI yang mendapat 1,2 persen, masih lumayan dibanding Pemilu 2009 yang 0,9 persen suara.
0 komentar:
Posting Komentar