Dalam menjalani kehidupan, semua tak pernah lepas dari Allah SWT. Meski demikian tak semua orang percaya adanya begitu. Orang-orang Indonesia yang dilahirkan mestinya percaya atas kebesaran Tuhan namun menafikkan atau meragukan adanya Tuhan. Mereka beralih mempercayai bahwa yang bisa membuat mereka hidup hanyalah uang, harta atau pekerjaan. Hidup sejatinya soal uang dan tidak terkait dengan saudara, tetangga, kerabat, rekan kerja dan juga Tuhan. Miris betul melihat orang-orang begitu.
Mereka masih ke tempat ibadah, masih berdoa, masih mengucap lafal pemujaan tapi perilaku, sikap dan tutur katanya sungguh tak meyakini adanya Tuhan.
Akhirnya orang-orang begini tidak akan dicatat atau malah kena teguran. Di kampung ganjil sudah banyak kejadian model begini. Sayangnya teguran Tuhan tak dimaknai sebagai teguran. Tahun ini sepertinya teguran itu menghampiri pak Ren. Pengusaha sewa mobil ini begitu jumawa, sombong, tak pernah mempedulikan tetangganya. Banyak bukti menunjukkan hal itu. Seorang tetangga mendengar sendiri pak Ren membeli mobil baru "Biar tetangga pada ga bisa ngomong kalau aku memang kaya. Terus mau apa mereka" ucap pak Ren pada tetangga RT.
Dilain kesempatan ada tetangga yang mau menyewa (tentu dengan membayar) mobilnya untuk bepergian. Permintaan itu ditolaknya dengan alasan yang dibuat-buat padahal pak Unca akan membayar sesuai tarif. Sama sekali tak meminta diskon sebagai tetangga. Dulu waktu pak Wijo membangun rumahnya, tumpukan pasir diseberang rumahnya diprotes.Namanya diperumahan saat ada tetangga membangun ya pasti kena dampaknya. Tetangga lain memaklumi karena bisa jadi membenahi rumah akan bergiliran.
Ribut-ribut terakhir ya mengenai parkir motor atau tempat duduk pelanggan HIK di jualan pak Untung dipersoalkan. Juga cara memanasi kendaraan pak Sahid yang dianggap asapnya masuk rumah. Terpaksa pak RT mengajak pak Muhammad dan pak Ardi sebagai sesepuh kampung untuk mencari solusi terbaik. Lobi dilakukan dengan penuh perdebatan dan mampu diakhiri dengan baik.
Sikap-sikap pak Ren inilah yang sering jadi perbincangan warga. Mereka tidak nyaman bahkan dengan adanya pak Ren. Sering muncul suara sumbang atas dirinya. Nah suara-suara itu seakan menjelma menjadi doa pada Tuhan.
Doa atas masyarakat itulah yang kini seakan dikabulkan Tuhan. Pak Ren menghadapi kesulitan ekonomi. Beberapa mobilnya telah dijual, namanya diblack list di bank hingga rumahnya dijual. Rumah itu telah kosong, sepi dan berdebu. Tuhan memang selalu mendengar doa masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar