Jumat, 06 September 2013

Lestari Budaya Tunjukkan Terpeliharanya Moral Masyarakat

Pasca ditinggalkan Joko Widodo sebagai Walikota, event-event budaya dan pariwisata masih tetap berlangsung. Sebut saja Festival Dolanan Bocah, Kreasso, Solo Batik Carnival, Solo International Etnic Music dan berbagai gelaran budaya lainnya. Setidaknya hal ini menandakan Hadi Rudyatmo yang menggantikan Jokowi mampu mempertahankan penyelenggaraan/nguri-uri budaya asli Solo. Bahkan kini mulai tumbuh event budaya ditingkat kelurahan.

Sudah ada beberapa kritik dari penyelenggaraan budaya dilevel kota bahwa kebudayaan harus dikembalikan pada rakyat. Maka dari itu perlu didorong gelaran budaya yang berbasis masyarakat dan diselenggarakan oleh warga. Sebut saja Gerebek Sudiro, Apem Sewu, Hajatan Ageng Jagalan dan kini diselenggarakan Kembul Bujana di Jebres serta lainnya. Meski demikian, aktivitas ini harus diselenggarakan dalam upaya pelestarian tidak sekedar ikut-ikutan.

Bangunan Di Sekitar Keraton
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Solo tidak sekedar menginventarisis, mendorong, mempromosikan tetapi juga mengatur secara matang agar berbagai event itu mampu diorganisir dengan lebih baik dan tidak asal terselenggara. Hal ini penting demi menjaga keberlangsungannya. Apalagi selama ini berbagai even budaya tersebut kadang lebih menonjol pasar malam atau gelaran dagangan dibanding pementasan budaya itu sendiri.

Tentu penyelenggaraan tidak sekedar sukses, meriah, ramai namun juga memberi pengetahuan apalagi bisa diambil makna yang terkandung didalamnya. Pembelajaran dalam berbagai gelaran harus mampu ditangkap sebagai pola hidup sehari-hari. Menyampaikan pesan seperti ini membutuhkan kajian secara komprehensif. Sebelum dilakukan penataan event kebudayaan, penting melibatkan stakeholders yang faham betul atas berbagai kesenian yang tumbuh dimasyarakat.

Libatkan sejarawan, seniman, pengamat untuk bersama-sama membedah jenis budaya masyarakat serta makna yang terkandung didalamnya. Penting melakukan kajian dan penataan sehingga target gelaran tidak sekedar ramainya saja namun mampu mewarnai, memberi pesan apalagi pembelajaran yang cukup penting. Gelaran itu sering berhadapan dengan yang namanya pasar malam, bazar atau penyelenggaraan pementasan musik.

Pelibatan stakeholders dimaksudkan secara bertahap menyusun roadmap bagaimana sebuah event dilaksanakan. Pun demikian dengan ruang publik yang hendak dipakai. Ada berbagai ruang publik yang kini cukup tersebar dan hendaknya tidak memanfaatkan jalan raya. Pemakaian penyelenggaraan kesenian memakai jalan umum kurang memberi makna. Ruang publik cukup tersedia seperti Taman Budaya Surakarta, Sriwedari, Alun-alun utara maupun selatan, Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Balekambang, Taman Jurug dan masih banyak lagi.

Dengan bertahan dan keberlangsungan kegiatan budaya, selain bertujuan merubah perilaku juga sebagai pemeliharaan kesenian yang tantangannya kini makin berat. Apalagi Visi Kota mencantumkan tumpuan wisata sebagai salah satu elemen penting. Problem-problem dimasyarakat tidak sekedar ekonomi namun keberlangsungan budaya. Sebab budaya mampu mengindikasikan lestarinya nilai-nilai moral dalam masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar