Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, 11 Juli mendatang akan mengadakan Pemilihan Kepala Daerah Periode 2012 - 2017. Pilkada ini tentu akan banyak menyita perhatian masyarakat sebab bisa menjadi moment menarik pertarungan elit atau juga pertarungan serta pertaruhan Parpol. Bahkan diprediksikan akan jauh lebih ramai dibanding Pilkada 2007 lalu. Pilkada sebelumnya hanya ada 2 calon bertarung, sedangkan kini ada 6 calon gubernur yang akan memperebutkan posisi B-1.
Nampaknya partai-partai besar lebih suka mengajukan calon sendiri dan ingin menunjukkan jati diri siapa sebenarnya "penguasa" Jakarta sesungguhnya. Pemenang Pilkada Jakarta mempunyai posisi strategis tidak hanya ke dalam namun juga efek snow ball ke berbagai wilayah di Indonesia. Gengsi partai benar-benar dipertaruhkan dalam Pilkada kali ini. Tak heran bila kemudian mereka berlomba mencari kader terbaik di penjuru negeri. Dari 6 Cagub, hanya 2 yang memang kader partai sementara sisanya bukan kader inti partai.
Pilkada Juli 2012 akan diikuti oleh 6 pasangan Cagub yang berasal dari Parpol (4 pasang) dan independen (2 pasang). Sepertinya pertarungan ini dilihat sebagai titik strategis partai untuk test case Pemilu 2014 mendatang. Dalam proses menuju penjaringan Cagub, terlihat Parpol gelagapan mengajukan calon. Tidak ada Parpol yang sudah mensounding kandidat lebih diatas 1 bulan alias semua parpol mengajukan calon 1 minggu saat pendaftaran akan ditutup. Hal ini mengindikasikan parpol tidak mempersiapkan kadernya secara serius dan tidak cukup menganggap penting.
Dua kandidat gubernur dari calon independen yaitu pasangan Faisal Basri dan Biem Benyamin serta Hendardji Supandji dengan Achmad Riza Patria. Faisal (mantan Sekjen PAN) lebih dikenal sebagai akademisi, pengamat ekonomi nasional yang pandangannya terhadap ekonomi tersebar diberbagai media. Pasangannya tak lain adalah pemilik Biems Radio, anak dari seniman kenamaan Betawi, Benyamin Soeib. Di komunitas Betawi, Bang Biem ini sangat familiar dan dihormati. Dari aspek dedikasi tentu pasangan ini tak perlu diragukan lagi.
Hendardji adalah pensiunan TNI dengan jabatan terakhir Asisten Pengamanan KSAD 2008 - 2010 dan masih bersaudara dengan Hendarman Supandji mantan Jaksa Agung dan Budi Soesilo Supandji (Gubernur Lemhanas). Sedangkan A Riza Patria di Jakarta mungkin banyak yang mengenal karena aktif di berbagai ormas dan memiliki perusahaan sendiri. Putra dari Ketua MUI H Amidhan ini juga pernah menjabat sebagai anggota KPU DKI Jakarta.
Sementara 4 pasangan cagub dari partai politik yakni (1) Alex Nurdin dan Letjen (Purn) Nono Sampono yang diajukan oleh Golkar, PPP dan PDS. Awalnya nama Nono Sampono sempat ditarungkan dengan Jokowi di PDIP dan menariknya lagi keduanya tak mau diposisikan sebagai Cawagub. Aneh bin ajaib ternyata, Nono menurut saja sewaktu dipasangkan dengan Alex yang saat ini masih menjadi Gubernur Sumatera Selatan. Nono sendiri merupakan eks marinir dengan jabatan mentereng, pernah jadi Dan Paspampres, Gubernur AAL, Komandan Marinir serta berbagai jabatan mentereng lainnya.
Pasangan (2) yang diajukan PKS dan PAN adalah Hidayat Nurwahid yang didampingi Didik J Rahbini. Hidayat pernah menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Ketua MPR dan seabrek jabatan lainnya. Pria kelahiran Klaten terlihat sangat sederhana dan tak ambisius. Dipasangkan dengan pengurus pusat PAN, Didik J Rachbini yang notabene pengamat ekonomi. Dibidang menejemen birokrasi, keduanya kurang teruji namun siapapun tahu basis dukungan PKS adalah massa solid sehingga pasangan inilah yang sudah sejak sekarang barangkali tahu berapa perolehan suara minimal.
Pasangan ketiga (3) adalah Ir H Joko Widodo dengan Basuki Tjahaja Purnama, calon PDIP dan Gerindra. Keduanya punya pengalaman memimpin daerah meski sulit untuk dibilang pengalaman mereka menjadi modal utama mengelola Jakarta. Jokowi memimpin Solo, kota kecil dengan 5 kecamatan yang penataan kotanya menjadi perbincangan nasional. Sementara Basuki, pernah menjadi Bupati di Bangka Belitung nun jauh disana. Tidak cukup signifikan untuk bekal mengelola Jakarta dan apakah masyarakat Jakarta terpengaruh dengan hal ini? kita lihat saja nanti.
Kemudian pasangan dari (4) Demokrat yakni sang incumbent Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Tahun 2011 lalu sebenarnya Bang Foke (panggilan Fauzi Bowo) banyak dicibir orang terutama saat berkomentar tentang rok mini penyebab munculnya kasus perkosaan. Sedangkan Nachrowi adalah pensiunan Jenderal (Mayjen) kelahiran asli Betawi dengan jabatan terakhir di militer adalah Kepala Lembaga Sandi Negara. Pasca itu, teman satu angkatanSoesilo Bambang Yudhoyono ini ikut terjun ke Parpol dan bergabung serta menjadi Ketua DPD Partai Demokrat Jakarta.
Menarik sebenarnya melihat latar belakang mereka dan apakah akan berpengaruh besar terhadap dukungan massa. Tidak selalu penduduk Betawi akan mendukung kandidat lokal dan menolak produk import. Masyarakat Jakarta sungguh sudah cerdas sehingga isu etnis, golongan, money politik mungkin tak terpengaruh. Saya kira, kandidat yang selama masa kampanye bersikap terbuka dan jujurlah yang akan mendapat simpati warga. Tapi siapakah itu? Ya tunggu saja Juli 2012
0 komentar:
Posting Komentar