Kamis, 07 April 2011

Tiga Tipe Magersari di Kemlayan Solo (1)

Menelisik Kemlayan Sebagai Kampung Tengah Kota

Kemlayan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Serengan dan secara geografis berada di pusat kota Solo. Nama Kemlayan, berdasarkan penuturan Lurah Djoko Sarwoto, berasal dari wilayah yang (dalam sejarahnya) banyak pengrajin gamelan (disebut Mloyo dalam bahasa Jawa). Sehingga kemudian jadi Kemlayan (tempat para pembuat gamelan). Gamelan itu digunakan atau didistribusikan untuk Kraton Kasunanan Surakarta. Namun ada versi lain yaitu dari kata Kamulyan (orang mulya atau berkecukupan). Memang sejak dulu wilayah Kemlayan sebagai pusat perdagangan sehingga banyak orang kaya didaerah itu.

Salah satu jalan lebar di Kemlayan
Secara umum kondisi jalan di Kemlayan relatif baik apalagi kelurahan ini terletak di pusat kota yang merupakan jalan level kota. Empat jalur sabuk yang membatasi Kemlayan adalah jalan Honggowongso (sisi barat) dan jalan Yos Sudarso disisi timur membujur dari utara ke selatan. Ditengah jalur itu ada jalan Gatot Subroto. Sedangkan sisi selatan membujur dari barat ke timur yakni jalan Slamet Riyadi, disisi utara ada jalan Dr Rajiman. Itulah penanda batas administrasi kelurahan.


Kawasan ini dikenal dengan kawasan pertokoan yang cukup ramai. Bagi masyarakat yang tak pernah masuk ke perkampungan pasti tak bakal menyangka apa yang ada dalam kawasan tersebut. Di belakang pertokoan yang megah dan termasuk kawasan cukup mentereng, banyak terdapat rumah yang kontras dengan kondisi ditepi jalan utama. Jangankan kondisi rumah, mencoba memasuki jalan di samping toko kita harus memilih jalan yang memadai. Mungkin tak sampai 5 jalan yang bisa dilalui mobil. Bahkan beberapa diantaranya harus dengan jalan kaki.

Bila kita menaiki motor, mesin motor harus dimatikan dan motor dituntun. Akan lebih mudah jika motor ditaruh diujung jalan kemudian kita masuk dengan jalan kaki. Di kelurahan ini beberapa warga bertempat tinggal magersari atau rumah tinggal bukan di tanah miliknya sendiri. Banyak juga yang menyewa atau kontrak dan tinggal dirumah kos yang juga banyak tersedia. Fasilitas menyangkut kebersihan tersedia di berbagai titik. Walau begitu, masyarakat Kemlayan sangat ramah dan terbuka bila kita berkunjung kesana.

Jalan setapak
Dalam kunjungan yang penulis lakukan pada kurun waktu 4 – 13 April 2011 kemarin, banyak sekali dilihat pemukiman warga yang sebenarnya sungguh tak cukup layak disebut tempat tinggal. Setelah kami menggali berbagai informasi, ditemukan kondisi banyaknya warga yang magersari. Setidaknya ada 3 model magersari yaitu magersari kultural, magersari struktural serta magersari frontal. Penamaan ini untuk memudahkan pemahaman pemilahan magersari saja. Ukuran rumah maupun kondisi rumah sebenarnya tak cukup layak disebut sebagai tempat tinggal.

Masyarakat Kemlayan bekerja dengan beragam pekerjaan dan tak bisa dikategorikan homogen dalam sumber mata pencaharian. Di wilayah ini bisa ditemukan orang dengan penghasilan sangat besar hingga yang dalam hitungan ribuan rupiah perharinya. Tentu kondisi ini bisa dilihat dari bangunan fisik maupun situasi rumah. Orang dengan hasil sangat besar, dikelilingi para pegawai yang hilir mudik dirumahnya sedangkan disisi lain, orang dengan penghasilan ribuan bisa kita temui setiap saat.

0 komentar:

Posting Komentar