Partai Demokrat sejatinya didirikan Tahun 2001 dan yang turut mendirikan yakni Soesilo Bambang Yudhoyono. Tahun itu masih menjabat sebagai Menko Polkam era Presiden Megawati Soekarnoputri. Berhubung sang Menko Polkam mendirikan partai dan akan maju sebagai presiden, tentu Megawati merasa tidak nyaman lantas SBY mengundurkan diri. Gonjang ganjing politik memang menguntungkan SBY. Walaupun pada Pemilu 2004 hanya menduduki kursi urutan ke 5 namun berhasil memenangkan Pilpres.
Seperti biasa, masyarakat Indonesia lebih tinggi rasa kasihannya sehingga pertarungan dengan Capres PDI Perjuangan tidak cukup ketat. Banyak yang bersimpati dan mendukung SBY sehingga berhasil memenangkan Pilpres. Padahal perolehan suara Demokrat Tahun 2004 hanya 8,4 juta suara dengan 55 kursi DPR. Kinerja 5 tahun pertama sungguh mampu memperoleh simpati warga. Belum lagi dengan slogan "BISA!" berhasil meraih dukungan penuh beserta partai politik yang berkoalisi bersama. Banyak koruptor diseret ke meja hijau dan ekonomi relatif stabil.
Disisi lain, peran Wakil Presiden Jusuf Kalla tahun 2004 - 2009 terlihat mampu menutupi kekurangan SBY. Otomatis tingkat kepercayaan masyarakat makin meningkat. Sehingga pada Pemilu 2009 berhasil memenangi Pemilu secara mutlak sebagai partai peraih suara terbanyak yakni 21,7 juta suara atau setara dengan 150 kursi DPR RI. Pilpres yang kedua kalinya dengan one man one vote alias pilihan langsung dimenangkan SBY dalam 1 putaran. Awalnya sempat terjadi keraguan apakah Demokrat mampu mendongkrak popularitasnya dengan Wapres Boediono.
Rupanya masyarakat masih meletakkan kepercayaan yang begitu tinggi. Namun menjelang Pemilu 2014, Partai Demokrat terkena tsunami korupsi. Slogan katakan tidak pada korupsi malah balik menghantam partai penguasa. Secara perlahan tapi pasti, beberapa kader utama di DPP Demokrat ditangkap KPK mulai Nazarudin, Angelina Sondaakh, Andi Malarangeng hingga Ketua Umum DPP Demokrat, Anas Urbaningrum. Seperti kelakuan koruptor lain, awalnya mereka membantah namun KPK berhasil membuktikan kejahatan mereka.
Tidak hanya korupsi uang negara pada proyek Hambalang, ada dugaan kasus lain yang menyeret mereka. Anas Urbaningrum yang dijuluki rising star di Demokrat dan diprediksi mampu berperan menggantikan SBY rupanya srigala berbulu domba. Secara pribadi terkuak beberapa hal yang dianggap aneh seperti kekayaannya yang melimpah, mobil mewah, rumah megah padahal sebelumnya Anas Urbaningrum "hanya" bekerja sebagai Ketua KPU serta tak memiliki bisnis. Konggres Partai Demokrat yang menjadikan Anas sebagai Ketua Umum disinyalir penuh politik uang.
Penolakan Anas terlibat korupsi yang dikenal dengan bantahan "Rp 1 saja anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas" sontak membuat rakyat mengecam. Kini Anas dan Andi sedang menghadapi persidangan kasus Hambalang. Sementara Nazarudin dan Angie sudah dijatuhi vonis hakim. Angie bahkan harus mendekam 20 tahun lamanya dari banding yang dia lakukan. Kondisi ini justru memperburuk citra Demokrat dalam pertarungan Pemilu 2014. Menyadari hal itu, SBY turun tangan dengan memegang tampuk kursi Ketua Umum.
Disisi lain, mereka menawarkan model penentuan Capres mereka melalui konvensi dan diikuti tokoh-tokoh penting seperti Dahlan Iskan, Gita Wiryawan, Anies Baswedan dan masih banyak lagi. Cuma beberapa pengamat menilai upaya itu tak akan mampu menutup citra Demokrat dalam waktu dekat. Runtuhnya partai bersimbol mercy itu justru dilakukan dari dalam, oleh kadernya sendiri yang tidak memahami platform partai, tidak menginternalisasi visi misi partai dalam menjalankan roda organisasi. Mari kita lihat perolehan demokrat di 2014.
0 komentar:
Posting Komentar