Partai berlambar matahari terbit diinisiasi oleh Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Amien Rais. Partai ini bersifat terbuka meski sulit dipisahkan dari Muhammadiyah. Kini, partai yang dipimpin oleh Hatta Rajasa memasuki tahun pertarungan ke 4 nya. Tokoh-tokoh partai ini turut mewarnai perkembangan negara sejak pasca reformasi. Bahkan sudah didirikan pada 23 Agustus 2008, lebih dahulu dibanding partai lain yang dideklarasikan pasca keruntuhan Orde Baru. Selama tahun 2008 hingga sekarang telah banyak kadernya yang menduduki jabatan menteri.
Era presiden Abdurrahman Wahid, Megawati, Soesilo Bambang, diwarnai elit-elit PAN. Amien Rais sendiri sebelum lengser dari Ketua Umum, menjadi Ketua MPR yang mengangkat sekaligus melengserkan Gus Dur dari kursi kepresidenan. Dia berhasil menjegal Megawati saat berniat menjadi presiden Tahun 1999 dengan membuat poros tengah dan mendorong KH Abdurrahman Wahid bertarung. Ditengah pemilihan yang dilakukan DPR, Megawati kalah dan kemudian menduduki kursi Wakil Presiden. Rupanya ditengah perjalanan, hanya berdasar rumor Gus Dur dijatuhkan.
Kasusnya seperti Bulloggate dan Bruneigate sampai kini tak jelas rimbanya alias tidak pernah ada ketetapan hukum. Akibatnya pemilih PAN turun meski jumlah kursinya naik di Tahun 2004 yaitu mendapat 7,3 juta suara (dari 7,5 juta) dan mendapat kursi DPR 53 buah (sebelumnya 34 kursi). Perolehan kursi ini juga dipengaruhi oleh sistem baru yakni representasi Daerah Pemilihan (Dapil). Meski di 2004 ada beberapa kursi Menteri diduduki PAN, rupanya hasil Pemilu 2009 makin turun. Saat itu jabatan Ketua Umum PAN dipegang Sutrisni Bachir.
Perolehan suara hanya memperoleh 6,2 juta suara dengan 43 kursi atau posisi ke 5 suara perolehan parpol. Padahal periode sebelumnya mereka hanya di posisi 5 (Pemilu 1999) dan 7 (Pemilu 2004). Sadar akan performa partai turun, Ketua Umum PAN yang baru, Hatta Rajasa merubah strategi. Kebetulan mereka berkoalisi dengan partai pemenang Pilpres, Demokrat dan Hatta menjadi Menko Polkam. Citra partai benar-benar dijaga dan periode 2009 - 2014 tak banyak kader PAN berhadapan dengan hukum.
Keuntungan lain, Hatta besanan dengan Presiden SBY sehingga meski beda partai tentu akan ada konflik kepentingan. Sayangnya berbagai terobosan yang dilakukan oleh PAN kurang dilihat sebagai hal positif di masyarakat. Berbagai program kementrian yang dipegang kader PAN tidak mencuat ke permukaan. Efek karut marut Partai Demokrat membuat PAN serba nanggung. Mengkritisi pemerintahan tidak bisa, mendukung juga akan makin dijauhi masyarakat.
PAN melakukan ekplorasi massif dengan berupaya merekrut artis-artis sebagai vote getter karena keberhasilan mereka mempertahankan artis yang jadi DPR dan tak terkena kasus. Sebut saja ada Primus Justisio, Eko Patrio dan kini turut diandalkan ada Ikang Fawzy, Desy Ratnasari, Lucky Hakim dan lainnya. Saking banyaknya artis yang nyaleg di PAN, kini ada seloroh kepanjangannya menjadi Partai Artis Nasional.
0 komentar:
Posting Komentar