Partai berlambang Ka'bah ini merupakan salah satu diantara tiga partai yang didirikan sejak orde baru. Artinya memang partai yang luar biasa matang. Meski demikian belum pernah Partai Persatuan Pembangunan atau PPP memenangkan Pemilu. Walaupun sekarang sudah sistem terbuka, rupanya kesejarahan serta senioritas politisi disana belum mampu mendongrak perolehan suara secara signifikan. Hal ini dimungkinkan karena PPP meski berbasis massa Islam namun sifatnya makro. Berbeda dengan PKS, PAN maupun PKB yang konstituennya jelas. PPP juga tidak punya kesejarahan beroposisi, kritis terhadap pemerintah.
Akibatnya suara partai tidak pernah memenangi pemilu. Politisi yang ada juga sangat senior hanya kurang koordinasi secara matang. Akibatnya keuntungan senioritas politisi tidak berefek ke parpol. Seharusnya pimpinan PPP bergerak secara taktis membesarkan partai. Bukan malah berkonflik di internal yang justru merugikan partai. Suara partai ini terlihat besar pada Tahun 1999 yang mencapai 11,3 juta dengan jumlah kursi DPR 38 buah dengan menempati urutan suara ketiga. Besarnya perolehan suara bukan dimanfaatkan menjadi bergaining politik.
Mereka kemudian menjadi pendukung poros tengah dan tidak mendapat posisi penting kecuali di kabinet. Lima tahun kemudian (2004) ternyata perolehan PPP merosot tajam hingga 2 juta lebih atau tersisa 9,2 juta dan mendapat kursi yang sama dengan 5 tahun lalu. Perolehan suara partai menempati urutan ke 4. Lagi-lagi pimpinan parpol tidak mengambil inisiatif. Mereka menggabungkan diri pada demokrat dan mendukung koalisi yang dipimpin partainya SBY.
Pasca 5 tahun berlalu, di Tahun 2009 hasil perolehan suara PPP menjadi hanya 5,5 juta atau 37 kursi DPR. Seharusnya Majelis Dewan Syuriah PPP mengevaluasi kepemimpinan PPP. Rupanya lagi-lagi jatah kursi menteri yaitu Menteri Agama melenakan mereka. Hampir tidak ada kadernya yang tersandung korupsi bisa dimanfaatkan untuk kampanye partai secara efektif. Walau memegang Kementrian Agama, yang tersandung kasus korupsi justru kader Golkar dalam pengadaan Al Qur'an.
Lagi-lagi kondisi ini dibiarkan begitu saja. Berdasarkan perjalanan waktu, PPP akan sulit meraih suara signifikan di 2014. Tidak hanya karena tidak memiliki basis massa konkret namun juga relatif "tidak cerdas" bermain politik. Belum lagi manuver untuk membela kepentingan rakyat tidak tercermin secara jelas. Kader-kader dibawah juga tidak ada yang terlihat moncer baik sebagai kepala daerah maupun wakil rakyat. Basis-basis PPP di pantura kini mulai beralih ke partai Islam lainnya.
Sebagai salah satu parpol peserta pemilu 2014, Surya Dharma Ali idealnya memanfaatkan peluang secara jeli. Kalau memang kurang yakin perolehan suara partai optimal, mendekat dengan Parpol yang diprediksi akan memperoleh suara terbanyak. Hanya konsekuensinya, prediksi bisa meleset dan tidak memperoleh apa-apa. Politik itu penuh konsekuensi serta hitungan jelas dan pimpinan harus berani mengambil resiko.
0 komentar:
Posting Komentar