Kabupaten yang berada di seputar Kota Surakarta dan mampu mengembangkan wilayah untuk menangkap perkembangan yaitu Kabupaten Sukoharjo. Padahal ada 3 kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta yakni Boyolali, Karanganyar dan Sukoharjo. Boyolali cukup diuntungkan dengan keberadaan bandar udara Adi Sumarmo. Faktanya Kota Susu ini hampir tidak bisa mengoptimalkan dengan baik bandara tersebut. Demikian pula Karanganyar, justru lahan pertaniannya di invasi oleh hotel, restauran, rumah makan, perkantoran.
Sedangkan Kabupaten Sukoharjo mengambil porsi tidak sama, tetap mengembangkan pertanian tetapi disisi lain mengembangkan kawasan lain baik bagi industri maupun perumahan. Lihat saja pengembangan pabrik seperti batik keris, konimex, sritex terus tumbuh, produksi pertanian juga bertahan baik. Disisi lain, kawasan perumahan tumbuh di kecamatan yang berbatasan dengan Kota Surakarta sebut saja Baki, Kartosuro, Grogol dan lain sebagainya. Meski demikian, Wardoyo Wijaya sebagai bupati perlu merenovasi pasar tradisional untuk menjaga konsistensi produksi pertanian.
Walau baru saja melakukan revitalisasi pasar tradisional, sayangnya pasar Ir Sukarno hingga kini malah berlarut-larut. Meski sudah melibatkan BPK, namun bukannya selesai konflik melebar bahkan pedagang turut menuntut segera selesai renovasinya. Disaat yang sama, maraknya pertokoan hingga pertokoan modern berkembang pesat di Sukoharjo. Kawasan yang diincar oleh para investor tentu saja di Solo Baru. Daerah mandiri yang memang sejak awal disetting menjadi pusat tumbuhnya perekonomian baru. Di sini sudah berdiri 2 mall besar yakni Hartono Mall dan The Park.
Sekitarnya juga turut tumbuh pertokoan yang menyediakan berbagai perlengkapan. Namun bupati harus waspada dan menjaga keseimbangan antara pemilik modal dan usaha kecil. Sebut ada Goro Assalam, Hypermart, Soba Swalayan, Luwes Group, Mitra, Hartono Mall, The Park dan belum lagi kelompok Alfamart dan Indomart yang tersebar hampir di semua kecamatan. Bupati perlu mencontoh Kota Surakarta yang hampir tak memiliki lahan pertanian malah mampu mengembangkan pasar tradisional. Semua jualannya didistribusi oleh kabupaten sekitar.
Hal ini semestinya dimanfaatkan betul oleh Sukoharjo. Karena kabupaten ini hampir minim tempat wisata alamnya. Tanpa campur tangan Pemda memproteksi hasil-hasil pertanian akan menyurutkan minat petani mengembangkan hasil pertanian. Yang terjadi justru mereka malah menjual lahannya untuk kebutuhan hunian baru. Biarkan kawasan yang berbatasan dengan Kota Solo berkembang menjadi hunian namun segera buat regulasi bagi kawasan dipedesaan tetap dipertahankan pertaniannya. Bila perlu beri para petani insentif yang menarik guna menjaga produksi hasil pertaniannya.
Sebab dengan demikian Sukoharjo akan memiliki daya tarik yang kuat. Pariwisata dibidang agronomi hampir belum ada di Soloraya. Seperti diketahui, secara nasional produksi pertanian menyusut drastis. Berbagai produk pertanian di impor dari luar negeri. Ketahanan pangan Indonesia sudah tidak banyak yang mempedulikan. Beberapa kepala daerah yang dianggap visioner karena citra mereka melayani publik dan belum ada yang dikenal peduli pada hasil pertanian. Saatnya Wardoyo Wijaya memberikan aksi nyata bagaimana memproteksi petani.
0 komentar:
Posting Komentar