Kurang demokratis apa Indonesia ini. Pemilu belum terselenggara, peraturan sudah tersusun untuk jadi Presiden eh tokoh partai politik pada tidak tahu malu maju menjadi calon presiden (Capres). Entah yang sudah uzur, lebih dari 1 kali kalah, tidak memiliki partai, dan masih banyak yang lainnya. Yang mekanisme agak jelas sebenarnya Partai Pemerintah yakni Demokrat. Melakukan konvensi seperti layaknya Golkar 5 tahun lalu. Meski banyak yang mencibir siapapun pemenangnya tidak akan mampu mendongkrak pamor partai yang hancur berantakan.
Pada Pemilu kali ini akan ada 12 partai bertarung ditingkat nasional ditambah 3 partai lokal. Namun lihat saja mayoritas parpol itu sudah menggadang gadang capresnya sendiri, dari internal partai. Bahkan Hanura lebih nekad, tidak cukup Capres namun Cawapresnya sudah ditentukan dari internal partai. Padahal seperti diketahui perolehan partai ini pada Pemilu lalu memprihatinkan. Awalnya banyak yang memprediksi akan gulung tikar, tetapi masuknya Harry Tanoe dari MNC Group akan mendongkrak Hanura.
Partai lain yang juga dimiliki pemodal dibidang informasi, Nasional Demokrat hampir pasti mengajukan Surya Paloh sebagai Capresnya. Sementara PKB malah terlihat seperti mempersilahkan siapapun maju dari PKB. Yang sudah berniat mencapreskan diri melalui PKB yaitu Raja Dangdut H Rhoma Irama dan mantan Ketua MK Mahfudz MD. Bila dilihat "produknya" semestinya Muhaimin Iskandar akan lebih sreg dengan Mahfudz tetapi ini kan persoalan politik. Berikutnya PKS terdengar menyelenggarakan konvensi yang diikuti kader dari internal namun siapa pemenangnya belum diketahui. Beberapa calon yang disebut misalnya Hidayat Nur, Heriawan, Anis Matta dan sebagainya.
Yang agak rumit justru PDI Perjuangan. Mereka memiliki kader-kader yang mumpuni hanya dari sikap politik sepertinya Ketua Umum PDI Perjuangan terlalu banyak pertimbangan. Sebagai politisi, seharusnya Megawati mengumumkan Capresnya 3 bulan jelang Pemilu. Bila timbul kekhawatiran diserang, itu resiko politik bukan malah menghindar dengan mengungkapkan keluar. Sepertinya Capres yang sama tetap diajukan oleh PDI Perjuangan. Untuk Golkar, Aburizal Bakrie sudah digadang-gadang jauh hari menjadi Capres walaupun dalam berbagai survey "tidak laku".
Mantan Danjen Kopassuss, Prabowo bakal dicapreskan Gerindra dan diprediksi perolehan suara untuk legislatif akan meningkat pesat. Untuk PAN, ambigu bersikap alias malu-malu mengajukan Hatta Rajasa sehingga malah merugikan mereka sendiri. Sementara itu PPP, PBB dan PKPI cukup tahu diri dengan bekerja bagaimana menggenjot perolehan suara. Seperti pada Pemilu sebelumnya, cukup sulit memprediksi ketiganya bakal memperoleh kursi diatas 5 persen.
Anehnya diluaran masih banyak individu maupun mantan pengurus partai tetap pede siap menjadi Capres. Sebut saja Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla meski tidak seaneh keinginan Farhat Abbas. Entah masih butuh berapa Pemilu lagi akan tercapai Pemilu yang berkualitas dan menghasilkan wakil rakyat maupun presiden yang amanah. Akibat perilaku anggota DPR yang korup, diprediksi tingkat partisipasi pemilih bakal melorot tajam. Bila benar, ini bukan soal sah atau tidaknya Pemilu melainkan kesadaran bernegara perlu dievaluasi kembali.
0 komentar:
Posting Komentar