Selasa, 07 Januari 2014

Kapasitas Anas Urbaningrum Ternyata Cuma Segitu

Siapa yang tak kenal Anas Urbaningrum yang awalnya dianggap rising star politikus muda, cerdas, santun dan memiliki masa depan cemerlang. Anggapan awal itu sirna perlahan pasca masalah beruntun yang terus menerus dialaminya serta sikap yang diambil. Disisi lain, upaya membela diri yang dilakukannya makin tak membuat empati masyarakat tumbuh. Dirinya malah menggali lobang dan entah sengaja atau tidak menceburkan diri dalam galian itu.

Sejak ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi proyek hambalang bukan berkonsentrasi menghadapi dengan gentle malah terlihat gusar dan melakukan langkah "gali lobang" tadi. Pasca ditetapkan sebagai tersangka, langkah pertamanya itu benar, mengundurkan diri dari Ketua Umum Partai Demokrat. Sayangnya setelah itu dia mengulangi taktik penyelamatan diri pasca kisruh KPU saat dia menjabat. Waktu KPU periode 1999 - 2004 ada gonjang ganjing terkait beberapa anggota yang disidik terkait kasus korupsi, Anas melompat menjadi anggota Partai Demokrat.

Sesaat setelah melepas jaket PD, dia mengemukakan akan membuka lembaran kedua dan seterusnya. Statemen ini dianggap masyarakat mengalihkan fokus. Meski beberapa diantaranya melihat, Anas tidak mau dikorbankan sendiri. Langkah lanjutan yang semakin dalam lobangnya digali yaitu dengan mendirikan PPI dan mengajak serta rekannya di PD. Itu sih tidak seberapa namun turut memainkan politik menyerang demokrat. Ketika ditanya wartawan terkait kasus hambalang malah berkoar "Rp 1 saja korupsi, gantung Anas di monas".

Andi Malaranggeng (saat Menpora) di Pansus RUU Pramuka. Ilustrasi

Bukan simpati yang didapat justru malah cercaan bertubi-tubi. Disaat kondisi masyarakat apatis pada koruptor yang berasal dari politisi, dia berusaha mencuci tangannya. Padahal tingkat kepercayaan warga pada KPK hampir total. Belum lagi bantahannya soal money politik saat pemilihan ketua umum PD yang dibantahnya. Padahal beberapa orang mengaku diberi uang dan Hp pintar bila mendukung Anas. Sayangnya yang merapat ke Anas dan muncul ke permukaan adalah orang-orang yang terlihat tidak lincah memainkan peranan, sebut saja Makmum Murod serta Tridianto (eks Ketua DPD PD Cilacap).

Gali lobang berikutnya yaitu tak menghadiri panggilan KPK sebagai tersangka Selasa (7/1). Sudah absen eh malah utusan Anas melontarkan isu Bambang Widjoyanto disertai Deny Indrayana (Wamenkum HAM) dan Djoko Suyanto (Menko Polhukam) mendatangi Cikeas. Statement itu masih diimbuhi dengan tudingan konspirasi. Begitu ketiganya membantah dan meminta bukti, hanya statemen mohon maaf. Entah sudah galian keberapa yang dilakukan Anas.

Sebaiknya segera mengkonsolidasi diri saja dan memberi batasan pada orang disekeliling dirinya agar menjaga sikap, perkataan yang justru merugikan. Masyarakat sudah pintar dan bisa melihat gesture mana yang jujur, baik dan benar. Contohlah sikap yang gentle yang dilakukan Andi Malaranggeng, pihaknya melakukan pembelaan berupa opini dan berkutat pada substansi. Tidak melebarkan isu atau bahkan cenderung fitnah. Bantahlah tuduhan KPK dengan menggambarkan bagaimana sesungguhnya yang terjadi.

0 komentar:

Posting Komentar