Pasangan pertama mendaftar yakni dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yakni Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Heru Sudjatmoko. Disusul kemudian pasangan incumbent Bibit Waluyo - Sudjiono Sastroatmojo yang diusung Demokrat, Golkar dan PAN. Sementara Hadi Prabowo - Don Murdono dicalonkan PKS, PKB, Gerindra, PPP, Hanura, dan PKNU. Melihat gambaran diatas, sepertinya Pilgub akan berjalan dua putaran.
Kawasan Kaligawe Semarang Telah Tertata (Ilustrasi) |
Bibit Waluyo yang pada tahun 2008 dicalonkan oleh PDIP kini justru meloncat ke Partai Demokrat. Track recordnya hingga kini tidak begitu cemerlang bahkan di kawasan Solo Raya bisa dikatakan "sulit" meraih suara. Kasus pro kontra pembangunan Mall bekas pabrik es Saripetojo dengan Walikota Joko Widodo (saat itu) masih banyak diingat warga hingga kini. Pernyataan mengenai seni Jaran Kepang sebagai kesenian paling jelek sedunia disebuah acara makin menambah luka warga.
Hadi Prabowo sebenarnya memiliki potensi namun kekuatannya hanya terbatas di birokrasi propinsi saja. Dengan penerapan otonomi daerah, sulit bagi Hadi untuk menjangkau masyarakat secara luas. Meski dilapis oleh Don Murdono, kader PDIP tetapi secara struktural tidak dicalonkan oleh partai. Tentu akses struktural Don tertutup oleh pasukan Ganjar. Disinilah potensi perpecahan secara internal di PDIP dan bisa menyebabkan suara Ganjar berkurang.
Dengan demikian setiap calon memiliki kelemahan dan potensi golput akan cukup besar. Terlebih greget Pilgub Jateng jauh dari hiruk pikuk dimedia. Partai politik sendiri seperti tidak bergerak apapun untuk bertarung. Lihat saja yang murni kader untuk bertarung hanya Ganjar Pranowo. Lainnya bukan kader parpol dan bisa dibilang kutu loncat yang memanfaatkan moment Pilkada demi meraih jabatan. Tak perlu kaget bila nanti jumlah suara sah akan cukup besar.
0 komentar:
Posting Komentar