Selasa, 28 Februari 2017

Yang Percaya Raja Salman ke Indonesia Beri Hibah, Baca Ini

Seperti biasa, situasi politik Indonesia memang menarik untuk dicermati. Kancah politik nasional kita memang sulit diprediksi berlandaskan teori-teori politik. Ia laksana mencipta sebuah teori sendiri yang sulit ditebak maupun digambarkan akan kemana.

Salah satunya tentu kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi Rabu (1/3) ini. Kedatangannya ini bukan hanya bakal di sambut secara kenegaraan oleh pemerintah namun juga oleh rakyat Indonesia. Yang menarik, di media social kedatangan beliau diolah sedemikian rupa untuk memperbincangkan hal-hal yang disangkutpautkan dengan politik.

Yang lebih lucu, banyak kelompok masyarakat mempercayai bahwa Raja Salman akan melunasi semua hutang Indonesia ke negara Tiongkok. Bahkan ada yang menyatakan akan menghibahkan dananya sebanyak Rp 2.000 trilyun. Kalau kita mau rajin baca sedikit saja, khayalan-khayalan tentang kekayaan Arab Saudi ya tetap ada batasnya. Ada banyak fakta yang menunjukkan bahwa hibah bernilai ratusan trilyun apalagi menyentuh Rp 1.000 trilyun adalah tidak mungkin.

Berikut fakta-fakta yang ada mengapa kedatangan sang Penjaga Dua Kota Suci itu ya biasa saja, bukan yang harus heboh.

1.       Harga minyak turun
Saat ini harga minyak dunia sedang turun drastis yakni berkisar pada harga US$ 100 perbarel sementara APBN mereka mayoritas (75%) diperoleh dari minyak. Bisa kita gambarkan turunnya harga minyak sejak 2015 membuat mereka kalang kabut. Banyak proyek dalam negeri saja terancam tidak bisa diselesaikan apalagi membantu negara lain.

2.       Investasi Tahun 2016 urutan 57 di Indonesia
Jangan dikira dengan kekayaannya yang besar maupun hubungan yang baik, Arab Saudi memiliki investasi raksasa di tanah air. Catatan yang diumumkan BKPM yakni Tahun 2016, nilai investasi mereka hanya US$ 900 ribu atau Rp 11,9 miliar saja untuk 44 proyek. Artinya setiap proyek investasi Arab Saudi di Indonesia tidak lebih dari Rp 250 juta. Ini proyek yang sangat kecil atau ukuran di Indonesia ya skala dinas menengah. Lihat saja SKPD kita untuk Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, PU, Dinas Pasar memiliki proyek minimal Rp 1,5 M. Tidak layak kalau dibandingkan BUMN apalagi Kementerian. Apabila di ranking, mereka hanya urutan ke 57 dari negara-negara yang memang serius berinvestasi di Indonesia.

3.       Korban crane
8 orang korban Crane meninggal dunia saat haji di Makkah 11 September 2015 yang dijanjikan santunan Rp 3,8 M oleh pemerintah Arab Saudi hingga saat ini belum dibayarkan. Masak sekelas Arab Saudi membayar santunan sebesar Rp 30,4 M saja tidak mampu. Prinsip hutang harus dilunasi dalam Islam juga jelas.

4.       Menuju Tiongkok
Setelah dari Indonesia, Raja Salman melanjutkan perjalanan ke Malaysia maupun Tiongkok. Di 2 negara itu, pria berusia 84 tahun menawarkan penjualan saham Aramco. Ini bukan hal yang mustahil sebab Agustus 2016, Arab Saudi memberikan berbagai proyek seperti property, pengairan hingga penyimpanan minyak untuk dikerjakan oleh Tiongkok.

Sebenarnya masih banyak hal lain yang bisa diajukan untuk membantah berita yang tersebar terutama di medsos bahwa King Salman adalah segalanya. Ingat, Indonesia menyambut tamu itu sudah kewajiban apalagi beliau raja dimana rakyat kita menunaikan haji.

Siapapun tamu negara, sudah selayaknya dijamu, dihormati, dilayani dengan baik. Indonesia juga memiliki prinsip hubungan luar negeri yang bebas dan aktif. Masyarakat harusnya faham bahwa kepala negara datang dan pergi dari manapun punya kepentingan. Namun kepentingan itu sebatas menyangkut antar negara. Tidak ada kaitannya dengan ideologi seperti soal komunisme yang makin lama sudah tidak laku bahkan di negeri asalnya.

Yang paling lucu, warga di medsos bergosip kedatangan King Salman mau menemui Habib Rizieq Shihab serta menyatakan dukungannya atas kasus penistaan agama. Ini khayalan yang makin tak berdasar. Lihat saja beberapa agenda beliau di sini, bahkan 5 hari akan berada di Pulau Dewata. Itu pulaunya orang Hindu dan segala hinaan yang dilontarkan kalangan tertentu.

Jadi sudahlah, tidak usah berimajinasi berlebihan. Yang wajar-wajar saja dengan kedatangan para tamu negara. Ingat, presiden Tiongkok datang bukan berarti kita pro komunis, presiden Australia datang bukan pro Asing atau Raja Arab bukan berarti kita harus ke arab-araban. Letakkan semua hal pada porsinya masing-masing.


0 komentar:

Posting Komentar