Senin, 23 Juni 2014

Kembangkan Potensi Pertanian Wonogiri

Produksi padi di Kabupaten Wonogiri terus bertambah meskipun hingga Tahun 2012. Tentu hal ini pantas diapresiasi karena Wonogiri merupakan salah satu daerah yang tiap tahun rutin menghadapi kendala kekurangan air. Selain persediaan air, beberapa wilayah di Wonogiri memang dikenal daerah atau struktur tanahnya yang tidak begitu subur. Produksi padi 3 tahun belakangan terus bertambah walaupun belum produktifitasnya tidak seperti Tahun 2009 lalu. Disisi lain, luas areal persawahan tumbuh secara baik tiap tahunnya (diatas 20.000 hektar tiap tahun)

Berdasarkan data yang direlease di Solopos 10 Juni 2014, pada Tahun 2009 lalu produktivitas padi tiap hektar mencapai 59,73 kwintal dengan total produksi 2,8 juta ton kuintal padi. Tahun 2010 ada penurunan produktifitas yang menjadi 58,19 kwintal/ha dengan total produksi menjadi 2,9 juta ton. Setahun berikutnya produktifitas merosot lumayan besar yakni menjadi hanya 55,58 kuintal.ha meski total produksinya menembus 3 juta ton padi. Tahun 2012 sepertinya mendekati kondisi seperti 2009 yaitu produktifitas sudah berada 58,54 kuintal/ha dengan jumlah total produksi 3,2 juta ton padi.

Bupati Wonogiri, Danar Rahmanto perlu memberi perhatian serius atas naiknya produktifitas padi di wilayahnya. Selain mengandalkan pabrik jamu dan dikenal sebagai warga yang lebih suka merantau maka mengintensifkan pertanian terutama padi layak menjadi unggulan. Faktor masih banyaknya lahan yang tidak digarap serius, adanya waduk Gajah Mungkur, luasnya wilayah menjadi faktor yang menarik. Apalagi beberapa kabupaten di Solo Raya tidak banyak fokus pada pertanian padi. Sebut saja Boyolali, Klaten, Sukoharjo yang juga mengandalkan produksi palawija.

Memang dibandingkan dengan produksi ubi kayu masih lebih unggul ubi kayu. Tetapi tingkat konsumsi masyarakat antara padi dengan ubi kayu berkebalikan. Berdasarkan data Susenas Tahun 2009 meski produksi ubi kayu mencapai 1 juta ton tetapi kebutuhannya hanya 10.713 ton saja dan konsumsi perkapita/keluarga/tahun hanya 8,55. Untuk padi ditahun yang sama mencapai 410.756 ton kebutuhannya mencapai 105.158 ton dengan konsumsi perkapita/keluarga/tahun mencapai 83,93. Ini peluang bagi Wonogiri mengkonsentrasikan diri pada pertanian padi.

Pertumbuhan luasan lahan persawahan juga cukup positif. Setidaknya dari data bisa terbaca, ada kegairahan petani Wonogiri untuk bercocok tanam secara baik dan benar. Tahun 2009 luasan lahan 47.970 hektar, bertambah menjadi 49.876 hektar atau ada lahan baru sekitar 19.000 hektar di tahun berikutnya. Kemudian 2011 meningkat pesat hingga 54.185 hektar dan 2012 tetap bertambah menjadi 55.168 hektar. Bupati perlu memberi rangsangan tambahan supaya kegairahan menanam padi bisa terpelihara baik.

http://www.ketahananpanganwonogiri.com/index.php/download
Kemajuan daerah apalagi kesejahteraan masyarakat tidak dilihat dari banyaknya hotel, apartemen, gedung bertingkat apalagi mall yang berdiri. Kesejahteraan warga dipengaruhi dari banyak faktor. Fokus pada pertumbuhan pertanian merupakan salah satu kesempatan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Wonogiri. Dengan proyeksi APBD 2014 yang defisit hingga Rp 85 M, sebaiknya alokasi belanja langsung digunakan secara optimal untuk pertanian. Selain itu masih ada salah satu sektor yang hingga kini masih memiliki potensi digali yakni Pariwisata Pantai yang berada di jalur pantai selatan.

Meskipun pendidikan dan kesehatan menjadi layanan dasar, urutan berikutnya yang mesti diperhatikan adalah pertanian dan pariwisata. Tidak perlu tertarik mengembangkan daerah dengan membuka investasi yang akhirnya masyarakat sendiri tidak bisa menikmatinya. Lihat saja pertumbuhan di Solo, Colomadu, Solo Baru dan seputar pinggiran Solo, adakah masyarakat terutama masyarakat bawah menikmati pembangunan? Mereka selama ini hanya jadi penonton bahkan terusir dari lahannya.

0 komentar:

Posting Komentar