Selasa, 04 Maret 2014

Melongok Kekuatan Partai Nasional Demokrat

Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2014 (1)

Nasional Demokrat awalnya didirikan hanya berbentuk organisasi massa yang dikomandoi oleh Patrice Rio Capella. Berbagai aktivis bergabung di organisasi ini namun kemudian berubah menjadi partai politik dengan Ketua Umum dijabat oleh Surya Paloh. Seperti diketahui, Surya Paloh merupakan salah satu pemilik media besar di Indonesia tidak hanya Media Indonesia namun juga MetroTV. Padahal sudah banyak warga yang menyambut baik netralnya MetroTV sebagai salah satu media berita.Inilah satu-satunya partai baru yang turut bertarung dan lolos sebagai peserta pemilu 2014.

Didirikan pada 2011, dan mampu menjangkau seluruh pelosok negeri dengan dukungan penuh. Mulanya Harry Tanoe pemilik MNC Group juga bergabung tetapi sepertinya ada ketidakcocokan sehingga Harry Tanoe keluar dan bergabung ke Partai Hanura. Meski partai baru, kekuatan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) patut diperhitungkan. Banyak politisi kawakan yang kemudian bergabung dengan partai yang dominan warna biru tersebut. Lihat saja ada politisi Golkar Ferry Mursidan, aktivis Taufik Basari, mantan Sekjen Depdagri dan Sekjen DPR RI Dr Ir Siti Nurbaya, pengamat perminyakan Kurtubi, pengacara kawakan OC Kaligis hingga Rachmawati Soekarnoputri.

Mereka bertarung secara serius dan mampu menarik berbagai elemen untuk turut memperjuangkan partai berslogan Restorasi Indonesia ini. Secara cepat mereka juga sudah memiliki organisasi sayap sebagai pendukung partai yakni Badan Advokasi Hukum, Gerakan Massa Buruh (Gemuruh), Liga Mahasiswa Demokrat, Persatuan Petani Nasional Demokrat serta komunitas perempuan dan pemuda. Dengan majunya Surya Paloh, banyak yang menduga Metro TV dan Media Indonesia akan banyak digunakan menjadi tunggangan kampanye.

Sudah cukup banyak slot berita yang terlihat miring dan banyak memblow up aktivitas Nasdem maupun sang Ketua Umumnya. Beberapa kali acara peresmian DPD Nasdem (tingkat Propinsi) memiliki waktu tayang khusus. Surya Paloh juga mendapat alokasi waktu cukup dominan dalam rentang perjalanan menjelang pemilu. Disisi lain, dari berbagai survey politik suara yang diperoleh oleh Nasdem tidak cukup signifikan. Meski diprediksi belum menjadi pemenang tetapi mampu mengalahkan PPP maupun PAN yang notabene lebih "senior".

Kabar ini agak mengejutkan setidaknya melihat peta politik 3 bulan sebelum pencoblosan. Di Jawa Tengah, hingga awal Maret tidak cukup terdengar kiprahnya mengkritisi pemerintahan SBY. Harusnya  waktu-waktu sekarang dimanfaatkan untuk konsolidasi internal maupun membuat persepsi positif masyarakat ke arah Nasdem. Apalagi mencuatnya berbagai kasus korupsi yang menimpa berbagai anggota DPR bisa dimanfaatkan secara optimal.

Rupanya para politisi Nasdem masih banyak yang baru sehingga lebih banyak melakukan konsolidasi internal. Padahal moment menjelang pemilu bisa dimanfaatkan untuk mengangkat citra. Di Sosial media, suara dari Nasdem juga jarang bahkan tak terdengar. Dengan sosmed seperti sekarang, lebih memudahkan mengenalkan partai secara mudah dan murah. Entah segmen mana yang akan disasar yang jelas jargon maupun slogannya kurang merakyat.

0 komentar:

Posting Komentar