Sabtu, 20 Agustus 2011

Pernikahan Ketiga

"Ada hantaran dari ibu Minang, ada tasyakuran" kata bu Uta pada pak Muhammad sesaat sebelum keluar bersama anak istrinya. "Terima kasih" jawab Muhammad singkat. Dia sengaja tak menanyakan tasyakuran apa sebab malam kemarin dirinya mendengar berita pernikahan Bu Minang dengan Pak Breb. Tak ada keterkejutan apapun.

Warga kampung Tanya sudah banyak yang tahu tentang kiprah ibu Minang yang menjanda 2 tahun lalu. Sebelumnya sudah digeruduk warga karena menginapkan pak Breb tapi tingkat cueknya sudah sangat akut sehingga dia tetap santai saja. Malah menyuruh pak Ripi, tetangga depannya untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang memprovokasi serbuan malam itu.

Ilustrasi
Tingkah lakunya benar-benar sudah memuakkan. Pernikahannya ini merupakan ketiga kalinya. Pertama memiliki suami dan ditinggal karena wafat. Sebelum benar-benar bangkrut, dia menikah lagi dengan pak Jak. Awal pernikahan kelakuan mereka begitu belagu. Entak kesombongannya karena kekayaannya atau watak dasarnya.

Yang jelas semakin tahun usahanya semakin karut marut hingga ludes tak berbekas. Pak Jak sendiri tak peduli justru pindah ke jakarta dan jarang pulang. Saat menjalani kehidupan dengan pak Jak, dia mengambil anak perempuan. Dengan suami pertamanya sudah memiliki anak laki-laki yang kini bersekolah di SMK. Sementara anak perempuannya sudah SD kelas VI.

Meski menjabat sebagai sekretaris PKK dan hampir tiap malam mengaji dengan mendatangkan guru serta berpakaian muslimah namun kelakuannya jauh dari dijaga. Berbicaranya pun tak sopan dan asal-asalan bahkan cenderung kotor. Pak Ripi memastikan bu Minang ini hatinya penuh iri dan dengki. Sudah banyak tetangga yang jadi korban hasutannya.

Kawan karibnya bu Uta selalu setia menemani hari-harinya. Sebenarnya jauh-jauh hari ada banyak teman di perumahan itu tetapi karena kelakuan atau tindakannya semakin merugikan, akhirnya satu persatu kawan karibnya meninggalkan dia. Malam itu, mobil pak Breb diparkir di depan rumah tanpa was-was ban di gembosi para tetangga.

Mereka berdua juga tenang melewati entah malam keberapa bagi mereka sebab sudah beberapa kali pak Breb tidur dirumah itu sebelum menikah. Pak Breb sendiri adalah duda beranak tiga yang berdasar cerita pak Ardi (kebetulan berteman dengan ibu Breb sebelum cerai). "Cocok mereka berdua karena sama-sama bermulut besar" tukas pak Ardi setelah malam grebekan itu.

0 komentar:

Posting Komentar