Seperti biasa, situasi politik Indonesia memang menarik
untuk dicermati. Kancah politik nasional kita memang sulit diprediksi
berlandaskan teori-teori politik. Ia laksana mencipta sebuah teori sendiri yang
sulit ditebak maupun digambarkan akan kemana.
Salah satunya tentu kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi Rabu
(1/3) ini. Kedatangannya ini bukan hanya bakal di sambut secara kenegaraan oleh
pemerintah namun juga oleh rakyat Indonesia. Yang menarik, di media social kedatangan
beliau diolah sedemikian rupa untuk memperbincangkan hal-hal yang
disangkutpautkan dengan politik.
Yang lebih lucu, banyak kelompok masyarakat mempercayai
bahwa Raja Salman akan melunasi semua hutang Indonesia ke negara Tiongkok.
Bahkan ada yang menyatakan akan menghibahkan dananya sebanyak Rp 2.000 trilyun.
Kalau kita mau rajin baca sedikit saja, khayalan-khayalan tentang kekayaan Arab
Saudi ya tetap ada batasnya. Ada banyak fakta yang menunjukkan bahwa hibah bernilai
ratusan trilyun apalagi menyentuh Rp 1.000 trilyun adalah tidak mungkin.
Berikut fakta-fakta yang ada mengapa kedatangan sang Penjaga
Dua Kota Suci itu ya biasa saja, bukan yang harus heboh.
1.
Harga minyak turun
Saat ini harga minyak dunia sedang turun drastis yakni berkisar pada
harga US$ 100 perbarel sementara APBN mereka mayoritas (75%) diperoleh dari
minyak. Bisa kita gambarkan turunnya harga minyak sejak 2015 membuat mereka
kalang kabut. Banyak proyek dalam negeri saja terancam tidak bisa diselesaikan
apalagi membantu negara lain.
2.
Investasi Tahun 2016 urutan 57 di Indonesia
Jangan dikira dengan kekayaannya yang besar maupun hubungan yang baik,
Arab Saudi memiliki investasi raksasa di tanah air. Catatan yang diumumkan BKPM
yakni Tahun 2016, nilai investasi mereka hanya US$ 900 ribu atau Rp 11,9 miliar
saja untuk 44 proyek. Artinya setiap proyek investasi Arab Saudi di Indonesia
tidak lebih dari Rp 250 juta. Ini proyek yang sangat kecil atau ukuran di
Indonesia ya skala dinas menengah. Lihat saja SKPD kita untuk Dinas Pendidikan,
Dinas Kesehatan, PU, Dinas Pasar memiliki proyek minimal Rp 1,5 M. Tidak layak
kalau dibandingkan BUMN apalagi Kementerian. Apabila di ranking, mereka hanya
urutan ke 57 dari negara-negara yang memang serius berinvestasi di Indonesia.
3.
Korban crane
8 orang korban Crane meninggal dunia saat haji di Makkah 11 September
2015 yang dijanjikan santunan Rp 3,8 M oleh pemerintah Arab Saudi hingga saat
ini belum dibayarkan. Masak sekelas Arab Saudi membayar santunan sebesar Rp 30,4
M saja tidak mampu. Prinsip hutang harus dilunasi dalam Islam juga jelas.
4.
Menuju Tiongkok
Setelah
dari Indonesia, Raja Salman melanjutkan perjalanan ke Malaysia maupun Tiongkok.
Di 2 negara itu, pria berusia 84 tahun menawarkan penjualan saham Aramco. Ini
bukan hal yang mustahil sebab Agustus 2016, Arab Saudi memberikan berbagai
proyek seperti property, pengairan hingga penyimpanan minyak untuk dikerjakan
oleh Tiongkok.
Sebenarnya masih banyak hal lain yang bisa diajukan untuk
membantah berita yang tersebar terutama di medsos bahwa King Salman adalah
segalanya. Ingat, Indonesia menyambut tamu itu sudah kewajiban apalagi beliau raja
dimana rakyat kita menunaikan haji.
Siapapun tamu negara, sudah selayaknya dijamu, dihormati,
dilayani dengan baik. Indonesia juga memiliki prinsip hubungan luar negeri yang
bebas dan aktif. Masyarakat harusnya faham bahwa kepala negara datang dan pergi
dari manapun punya kepentingan. Namun kepentingan itu sebatas menyangkut antar
negara. Tidak ada kaitannya dengan ideologi seperti soal komunisme yang makin
lama sudah tidak laku bahkan di negeri asalnya.
Yang paling lucu, warga di medsos bergosip kedatangan King
Salman mau menemui Habib Rizieq Shihab serta menyatakan dukungannya atas kasus
penistaan agama. Ini khayalan yang makin tak berdasar. Lihat saja beberapa
agenda beliau di sini, bahkan 5 hari akan berada di Pulau Dewata. Itu pulaunya
orang Hindu dan segala hinaan yang dilontarkan kalangan tertentu.
Jadi sudahlah, tidak usah berimajinasi berlebihan. Yang
wajar-wajar saja dengan kedatangan para tamu negara. Ingat, presiden Tiongkok datang
bukan berarti kita pro komunis, presiden Australia datang bukan pro Asing atau
Raja Arab bukan berarti kita harus ke arab-araban. Letakkan semua hal pada
porsinya masing-masing.