Kamis, 05 Mei 2011

Makna Dibalik Usulan Gedung Baru DPR (3)

Tenaga Ahli Anggota DPR Ada Yang Tak Riil

Ribut diruang sidang sekarang ini malah seperti jadi tren. Suasana hiruk pikuk bak pasar sering terjadi bila agenda dilaksanakan disiarkan langsung oleh televisi. Sementara bila tak disiarkan langsung sering berjalan lancar. Jumlah wakil rakyat yang hadir juga sering tak sesuai jumlah tandatangan dan persoalan ini terus saja terjadi. Tak ada perubahan apapun yang seakan menandakan bahwa mereka sengaja berbuat  begitu. Yang bikin geregetan seringkali suara mereka sesuai perintah partai bukan apa yang diharapkan konstituen.

Makna “U” selanjutnya adalah ugal-ugalan. Berita terakhir yang menggegerkan adalah sikap salah satu anggota DPR yang menampar penjaga lift di Pacific Place. Mereka memang terhormat sehingga segala sikap, perilaku, tutur kata idealnya dijaga betul bukan malah menggadaikan kehormatan mereka. Sikap anggota Fraksi PD, Roy Suryo yang menyerobot kursi pesawat juga bisa masuk kategori ini. Bila ditelisik lebih jauh, sikap ugal-ugalan ini bisa dikupas dari orang-orang terdekat mereka seperti aspri, pembantu atau tetangga mereka.


Salah satu artis yang juga anggota DPR RI diruang kerjanya
Dengan memakai plat nomor khusus, mobil mereka bebas 3 in 1 dibeberapa kawasan di Jakarta dan juga bebas tilang meski tidak bisa sembarangan melanggar aturan.  Berbagai previledge bisa mereka dapatkan namun bukan berarti mereka bisa bertindak seenaknya sendiri. Anda yang pernah berkunjung ke gedung DPR/MPR akan tahu bahwa lift para wakil rakyat itu dipisahkan dengan pengguna lift lainnya. Jangankan menggunakan liftnya, memasuki area liftnya saja pasti langsung ditanya-tanya oleh Pamdal.

Penulis yang pernah bekerja menjadi Tenaga Ahli salah satu anggota DPR faham betul seluk beluk disekeliling DPR. Penyediaan tenaga ahli yang dibayar oleh negara Rp 7,5juta/bulan/orang tidak selalu benar-benar dari orang yang profesional. Berbagai persyaratan yang sudah diatur oleh Setjen DPR dengan mudah dilanggar. Ada yang mengangkat anaknya, keponakannya menjadi TA. Namun itu masih mendingan dibanding beberapa anggota lain yang tak pernah kelihatan siapa sebenarnya tenaga ahlinya.

Ada juga artis yang serius merekrut dan mempekerjakan tenaga ahli bahkan diluar batas kemanusiaan namun ada yang tenaga ahlinya tak pernah nampak batang hidungnya. Ada yang memberlakukan potongan untuk gaji TA, ada yang membagi gaji TA dengan sopir pribadi dan beragam teknik “ugal-ugalan”.  Susahnya mengkonfirmasi ini semua karena mereka sangat lihai mengelak. Jadi tidak ada ukuran yang pasti dan kembali pada individu yang bersangkutan apakah benar-benar memiliki komitmen kerakyatan atau hanya seolah-olah. Banyak benar yang menjadi individu seolah-olah ini.

0 komentar:

Posting Komentar