Kamis, 05 Mei 2011

Makna Dibalik Usulan Gedung Baru DPR (2)

Anggota DPR Tonton Video Porno Saat Sidang

Yang juga bisa masuk kategori unik lainnya yaitu meski para anggota mendapat jatah anggaran reses, sulit nampaknya kita bisa melihat laporan mereka. Banyak anggota DPR tak memiliki website, situs, media individu sehingga transparansi reses dan akuntabilitas reses tak bisa didapat. Padahal anggaran yang mereka dapat cukup besar. Sebagai perbandingan, wakil dari Jakarta mendapat alokasi reses Rp 7juta lebih. Jadi bisa dibayangkan yang diluar Jakarta mendapat alokasi berapa. Ada juga anggota yang memiliki facebook juga hanya untuk gagah-gagahan. Komentar yang tak disukai, tak direspon atau dibalas. Benar-benar wakil rakyat yang unik.

Ramai-ramai yang paling gres soal keunikan mereka adalah tidak adanya alamat email resmi komisi VIII DPR RI. Hal ini mencuat saat dialog Komisi VIII di Australia dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI). Meskipun mereka menjawab alamat email mereka dengan komisi8@yahoo.com namun jawaban ini mengejutkan. DPR sebagai institusi resmi kenegaraan, memiliki kuasa anggaran, punya web dengan biaya yang luar biasa, justru alamat email yang dipakai adalah email dengan domain yang gratis. Jangan-jangan bukan hanya Komisi VIII saja tetapi komisi lainnya juga begitu. Anggota DPR juga diam saja saat diangkat tak diberi alamat elektronik dengan menggunakan domain dpr.go.id.


Baracuda POLRI ikut siaga
Makna “U” yang kedua yaitu adalah usil. Jikalau kita mencermati kiprah wakil rakyat di Senayan, maka banyak tindak tanduk yang sungguh bisa dikatakan itu wujud keusilan mereka. Hal-hal yang semestinya tidak dilakukan justru mereka terabas. Usil tidak harus bermakna disengaja namun setidaknya disadari bahwa tindakan itu sungguh bisa mencoreng mereka dari kesan “terhormat” seperti yang seharusnya mereka sandang.

Beragam tindakan mereka bisa dikategorikan usil yang oleh orang awam tidak dimengerti kenapa mereka bisa melakukan itu. Gegeran usil yang paling teranyar adalah ulah Arifianto yang melihat video porno disela-sela sidang DPR. Meski berbagai alasan dikemukakan namun tetap saja masyarakat tidak mengerti kenapa hal itu bisa dia lakukan. Ini bukan pada persoalan partai, bukan persoalan kondisi sidang atau lainnya. Ini murni persoalan mentalitas, watak dan membuktikan siapa sebenarnya para wakil kita.

Tindakan ini bukan satu-satunya yang memalukan. Me rekam video porno tindakan diri sendiri yang juga sebagai anggota dewan pernah membuat ramai. Meski akhirnya sang anggota mundur namun kejadian itu membuktikan bahwa mereka para anggota yang lolos atau terpilih tidak selalu unggul dalam etika. Entah bagaimana sistem rekam jejak yang dilakukan parpol, entah sebagai formalitas atau malah tidak ada fit and proper test. Seringkali awal kasus muncul, yang bersangkutan mengelak dengan berbagai argumentasi.

Keusilan mereka yang hampir bisa kita saksikan tiap sidang paripurna tertidur saat sidang. Kita tahu bahwa bekerja itu melelahkan, menjemukan dan kadang tak kenal waktu. Namun mestinya mereka faham bahwa wakil rakyat itu digaji besar sehingga hal-hal seperti tadi bisa diantisipasi. Toh sidang tidak digelar tiap hari atau hampir jarang ada sidang paripurna mendadak. Selalu diagendakan sebelumnya sehingga wakil rakyat bisa beristirahat terlebih dahulu.

0 komentar:

Posting Komentar