Tiba-tiba bu Muhammad ngomel-ngomel tak karuan. "Masak piknik koq wajib. Emang kita ini anak sekolah? emang ga ada kerjaan lain? emang kalau hari libur kita bisa bebas? Kita mau enak-enakan sementara suami ma anak dirumah" ungkapnya tanpa henti didepan suaminya. Pak Muhammad, keningnya berkenyit dan perlahan menjawab "Ada apa sih ma? koq tiba-tiba sewot begitu".
Ternyata bu Muhammad baru saja diberitahu bu Yota bahwa minggu depan PKK RW akan piknik ke sebuah tempat wisata, out bond istilah kerennya. Dan tiap ibu-ibu wajib membayar seharga Rp 75.000 berangkat atau tidak. Bisa tidak berangkat asal ada yang menggantikan. Namun yang membuat bu Muhammad marah ada banyak kejanggalan.
Di tingkat Rw, bu Sari paling getol ngajak-ajak piknik. Awalnya saat suami jadi Rt, mengajak piknik tapi semua bayar sebagai tanda perpisahan suami dari Rt. Tentu warga tidak mau sebab pak Sari jadi Rt justru melorot tingkat kepedulian warga. Tidak ada kerja bakti, kegiatan ronda ga jalan, menengok warga ga kompak, uang dari desa ga jelas dan masih banyak persoalan lainnya. Rupanya motivasi piknik masih saja berlanjut hingga di level Rw.
Anehnya saat memberitahu bu Muhammad dibilang hanya 2 orang yang belum bayar yakni bu Muhammad dan bu Sahid. Ternyata bu Unca, bu Yota juga belum membayar. Yang jelas dengan paksaan itu bu Muhammad justru tidak mau berangkat. "Lebih baik kalian bersatu dan buat malu tuh bu sari" saran suami bu Muhammad. "Bagaimana caranya pak "Sahut bu Muhammad penasaran. "Semua bayar tapi sama-sama tak berangkat. Biar malu sekalian"saran suaminya.
Menurut ibu tiga anak ini tidak mudah membuat kekompakan diantara ibu-ibu. Apalagi terkait duit dan piknik. Bu Andi yang tergolong kaya saja mau berangkat dan menyayangkan uang sebesar itu. Singkat cerita, bu Muhammad berhasil membujuk bu Utomo, RT saat ini untuk menggantikannya. Apalagi bu Sari menakut-nakuti "namanya bu Rt harus berangkat bu supaya pada kenal "bujuknya dengan rayuan maut. Bu Utomo akhirnya tak berkutik.
Sebelum bu Utomo membayar ternyata bu Muhammad sudah terlebih dulu melunasi kewajibannya sebab dibilang bu Sari hanya 2 orang yang belum membayar. Nah karena bu Utomo membayar, otomatis bu Yota akan mengembalikan dana milik bu Muhammad. Pada perjalanannya, bu Yota ditelpon bu Sari untuk mengembalikan dana bu Muhammad separo saja. Sisanya dipakai untuk membeli oleh-oleh. Karuan hal ini menimbulkan pertanyaan besar di benar bu Yota.
Tak mau menanggung beban, bu Yota bercerita pada bu Muhammad. Sungguh sebuah hal yang tak diduga, bu Sari yang memiliki 2 rumah, 1 mobil dan anak cuma 1 sampai sebegitunya dengan uang. Bu Sahid yang tak jadi berangkat akan tetap ditarik iuran. Padahal ibu-ibu PKK lainnya sudah tak memperbincangkannya. Pak Muhammad merasa pening mendengar cerita istrinya, ternyata bu Sari itu miskin, miskin hati!
Ternyata bu Muhammad baru saja diberitahu bu Yota bahwa minggu depan PKK RW akan piknik ke sebuah tempat wisata, out bond istilah kerennya. Dan tiap ibu-ibu wajib membayar seharga Rp 75.000 berangkat atau tidak. Bisa tidak berangkat asal ada yang menggantikan. Namun yang membuat bu Muhammad marah ada banyak kejanggalan.
Di tingkat Rw, bu Sari paling getol ngajak-ajak piknik. Awalnya saat suami jadi Rt, mengajak piknik tapi semua bayar sebagai tanda perpisahan suami dari Rt. Tentu warga tidak mau sebab pak Sari jadi Rt justru melorot tingkat kepedulian warga. Tidak ada kerja bakti, kegiatan ronda ga jalan, menengok warga ga kompak, uang dari desa ga jelas dan masih banyak persoalan lainnya. Rupanya motivasi piknik masih saja berlanjut hingga di level Rw.
Anehnya saat memberitahu bu Muhammad dibilang hanya 2 orang yang belum bayar yakni bu Muhammad dan bu Sahid. Ternyata bu Unca, bu Yota juga belum membayar. Yang jelas dengan paksaan itu bu Muhammad justru tidak mau berangkat. "Lebih baik kalian bersatu dan buat malu tuh bu sari" saran suami bu Muhammad. "Bagaimana caranya pak "Sahut bu Muhammad penasaran. "Semua bayar tapi sama-sama tak berangkat. Biar malu sekalian"saran suaminya.
Menurut ibu tiga anak ini tidak mudah membuat kekompakan diantara ibu-ibu. Apalagi terkait duit dan piknik. Bu Andi yang tergolong kaya saja mau berangkat dan menyayangkan uang sebesar itu. Singkat cerita, bu Muhammad berhasil membujuk bu Utomo, RT saat ini untuk menggantikannya. Apalagi bu Sari menakut-nakuti "namanya bu Rt harus berangkat bu supaya pada kenal "bujuknya dengan rayuan maut. Bu Utomo akhirnya tak berkutik.
Sebelum bu Utomo membayar ternyata bu Muhammad sudah terlebih dulu melunasi kewajibannya sebab dibilang bu Sari hanya 2 orang yang belum membayar. Nah karena bu Utomo membayar, otomatis bu Yota akan mengembalikan dana milik bu Muhammad. Pada perjalanannya, bu Yota ditelpon bu Sari untuk mengembalikan dana bu Muhammad separo saja. Sisanya dipakai untuk membeli oleh-oleh. Karuan hal ini menimbulkan pertanyaan besar di benar bu Yota.
Tak mau menanggung beban, bu Yota bercerita pada bu Muhammad. Sungguh sebuah hal yang tak diduga, bu Sari yang memiliki 2 rumah, 1 mobil dan anak cuma 1 sampai sebegitunya dengan uang. Bu Sahid yang tak jadi berangkat akan tetap ditarik iuran. Padahal ibu-ibu PKK lainnya sudah tak memperbincangkannya. Pak Muhammad merasa pening mendengar cerita istrinya, ternyata bu Sari itu miskin, miskin hati!