"Anak memiliki pembawaan sendiri-sendiri dan tidak bisa disamakan dengan anak lain". Itu salah satu uangkapan yang dilontarkan Nino Histiraludin dari YSKK sewaktu mengisi kegiatan Parenting Education di PAUD Permata Hati Desa Ngreco Kecamatan Weru Sukoharjo. PE hari itu mengambil judul bagaimana merangsang anak gemar membaca.
Hal itu untuk menjawab kebingungan terkait pertanyaan usia berapakah idealnya anak mulai dikenalkan huruf maupun angka. Faktor cara mengenalkan cukup menentukan apakah anak akan tertarik atau tidak. Lantas bagaimana mengukur kesiapan anak? Bila ada respon maupun mengingat apa yang "diajarkan", artinya transfer pengenalan bisa diterima anak.
Namun apabila yang "diajarkan" tidak diingat atau justru malah anak emosi, sebaiknya hentikan. Bisa jadi metode mengenalkan kita salah, tidak menarik bahkan menjadi beban atau anak tidak siap.
Para orang tua siswa nampak antusias mendengar paparan karena dalam penyampaiannya Nino menekankan keunikan tiap anak. Tema ini diambil sebab selama ini banyak orang tua yang kurang peduli dan hanya berharap anaknya menggemari membaca tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Menurut Nino, agar anak gemar membaca tetap harus tercipta dari lingkungan terdekat yaitu rumah. Tidak bisa anak tiba-tiba gemar membaca sendiri tanpa ada lingkungan yang membentuknya. Dicontohkan buku-buku yang sesuai dengan perkembangan anak atau minat anak.
Meski demikian, bila sudah ada pancingan dan anak belum tertarik tetap tidak boleh dipaksa. Sebab pemaksaan tidak akan menghasilkan hal yang baik. Salah satu bunda menanyakan apakah anaknya yang PAUD sudah boleh dikenalkan dengan belajar? Misalnya habis maghrib meski orang tuanya menentang hal itu.
Menanggapi itu, Nino menekankan metode belajar anak-anak dibawah usia 7 tahun tidak boleh kaku. Harus sembari bermain dan menyenangkan sehingga anak tidak merasa sedang belajar. Waktunya juga tidak selalu harus habis maghrib serta yang menjadi pertimbangan yakni kondisi psikologis anak. Sepanjang anak terlihat sedang bergembira dan senang, belajar bakal menyenangkan dan mudah diterima anak.
Untuk anak-anak yang sudah menginjak usia sekolah formal, penting mulai mendisiplinkan belajar secara rutin. Nino menyarankan mematikan televisi paska maghrib hingga Isya karena cukup mengganggu anak-anak.
Bunda yang lain meminta pendapat apakah komik untuk anak kelas 2 SD boleh diberikan? Pria yang juga kebetulan ayah penulis cilik ini menjawab sepanjang komik tidak mengajarkan kekerasan dan hal negatif lain bisa diberikan. Pun buku komik tidak harus baru dan mahal sebab bagi penggemar buku hal itu tidak akan jadi masalah.
Nino juga menunjukkan beberapa contoh buku yang sesuai tahapan pengenalannya. Ditekankan pula, pendidikan pra sekolah seperti PAUD dan TK memang dilarang mengenalkan calistung. Namun bila dirumah anak sudah tertarik untuk kenal huruf dan angka, orang tua tetap boleh mengenalkan hal itu kepada anak.
Terlihat bahwa sebetulnya meski berada di Weru tingkat pengetahuan, cara mendidik maupun semangat mencerdaskan anak-anak mereka. Hal ini sudah jadi modal penting membentuk anak yang gemar membaca.
Hal itu untuk menjawab kebingungan terkait pertanyaan usia berapakah idealnya anak mulai dikenalkan huruf maupun angka. Faktor cara mengenalkan cukup menentukan apakah anak akan tertarik atau tidak. Lantas bagaimana mengukur kesiapan anak? Bila ada respon maupun mengingat apa yang "diajarkan", artinya transfer pengenalan bisa diterima anak.
Namun apabila yang "diajarkan" tidak diingat atau justru malah anak emosi, sebaiknya hentikan. Bisa jadi metode mengenalkan kita salah, tidak menarik bahkan menjadi beban atau anak tidak siap.
Para orang tua siswa nampak antusias mendengar paparan karena dalam penyampaiannya Nino menekankan keunikan tiap anak. Tema ini diambil sebab selama ini banyak orang tua yang kurang peduli dan hanya berharap anaknya menggemari membaca tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Ilustrasi |
Menurut Nino, agar anak gemar membaca tetap harus tercipta dari lingkungan terdekat yaitu rumah. Tidak bisa anak tiba-tiba gemar membaca sendiri tanpa ada lingkungan yang membentuknya. Dicontohkan buku-buku yang sesuai dengan perkembangan anak atau minat anak.
Meski demikian, bila sudah ada pancingan dan anak belum tertarik tetap tidak boleh dipaksa. Sebab pemaksaan tidak akan menghasilkan hal yang baik. Salah satu bunda menanyakan apakah anaknya yang PAUD sudah boleh dikenalkan dengan belajar? Misalnya habis maghrib meski orang tuanya menentang hal itu.
Menanggapi itu, Nino menekankan metode belajar anak-anak dibawah usia 7 tahun tidak boleh kaku. Harus sembari bermain dan menyenangkan sehingga anak tidak merasa sedang belajar. Waktunya juga tidak selalu harus habis maghrib serta yang menjadi pertimbangan yakni kondisi psikologis anak. Sepanjang anak terlihat sedang bergembira dan senang, belajar bakal menyenangkan dan mudah diterima anak.
Untuk anak-anak yang sudah menginjak usia sekolah formal, penting mulai mendisiplinkan belajar secara rutin. Nino menyarankan mematikan televisi paska maghrib hingga Isya karena cukup mengganggu anak-anak.
Bunda yang lain meminta pendapat apakah komik untuk anak kelas 2 SD boleh diberikan? Pria yang juga kebetulan ayah penulis cilik ini menjawab sepanjang komik tidak mengajarkan kekerasan dan hal negatif lain bisa diberikan. Pun buku komik tidak harus baru dan mahal sebab bagi penggemar buku hal itu tidak akan jadi masalah.
Nino juga menunjukkan beberapa contoh buku yang sesuai tahapan pengenalannya. Ditekankan pula, pendidikan pra sekolah seperti PAUD dan TK memang dilarang mengenalkan calistung. Namun bila dirumah anak sudah tertarik untuk kenal huruf dan angka, orang tua tetap boleh mengenalkan hal itu kepada anak.
Terlihat bahwa sebetulnya meski berada di Weru tingkat pengetahuan, cara mendidik maupun semangat mencerdaskan anak-anak mereka. Hal ini sudah jadi modal penting membentuk anak yang gemar membaca.