Kamis, 14 April 2016

Urgensi Konsolidasi Sekolah, Komite Sekolah dan Paguyuban Kelas

|0 komentar
Sesuai dengan kebijakan ditingkat nasional. tiap sekolah memiliki institusi bernama Komite Sekolah. Meski demikian, tidak sedikit sekolah yang selain punya Komite Sekolah namun juga ada paguyuban kelas. Yang membedakan adalah paguyuban tersebut merupakan representasi orang tua siswa tiap kelas dan tiap kelas ada tersendiri sementara komite sekolah hanya ada ditingkat sekolah serta belum tentu mereka orang tua siswa.

Meski demikian, keberadaan keduanya terlihat penting setidaknya di SDN Kleco 1. Dalam pertemuan Senin (11/4) malam dengan beberapa anggota Komite Sekolah terungkap paguyuban kelas cukup aktif. Bahkan setiap bulan, rata-rata mereka mampu mengorganisir sumber daya untuk memenuhi kebutuhan siswa didik tiap kelasnya.

Cuma kadangkala, kiprah paguyuban kelas tidak secara detil diketahui oleh Komite Sekolah. Akibatnya muncul persoalan yang levelnya berada di paguyuban kelas namun orang tua siswa malah menanyakannya kepada komite sekolah. "Lha kami ya bingung karena sama sekali tidak ikut campur dengan hal yang ditanyakan" urai Trijono, Ketua Komite Sekolah SDN Kleco 1. Maka dari itu, muncul pemikiran supaya ada komunikasi yang jelas antara komite sekolah, paguyuban kelas dan sekolah.

Menurut Yudi, anggota komite sekolah yang lain menegaskan semua aktivitas paguyuban harus dikoordinasikan atau minimal diketahui komite sekolah. Sebab lingkup kerja komite sekolah lebih luas dibandingkan dengan paguyuban kelas.

Suroto selaku Direktur YSKK yang kebetulan hadir dalam pertemuan mendorong adanya koordinasi antara sekolah, komite sekolah maupun paguyuban. "Ada 3 institusi yang perlu dipadukan sehingga setiap ada informasi semuanya jelas dan tidak multi interpretatif" tegasnya. Disisi lain, penataan tata kelola sekolah perlu segera diperbaiki.

Hal ini diamini oleh anggota komite sekolah yang lain. "Dengan adanya pembenahan, setiap aktivitas paguyuban dapat diketahui oleh komite meskipun tidak semua kita yang menjalankan atau mengatur. Setidaknya bila ditanya orang tua siswa kita bisa menjawab" jelas Dwi. Bahkan menurutnya, dibutuhkan aturan yang mengikat bagi ketiganya agar semua berjalan berdasar mekanisme bukan semaunya sendiri.

Senin, 11 April 2016

Tiap Anak Itu Unik Jadi Biarkanlah Tumbuh Dengan Keunikannya

|0 komentar
"Setiap anak itu unik dan biarkan dia tumbuh dengan keunikannya. Sebagai orang tua kita hanya bisa mendampingi tumbuh kembang anak" demikian dinyatakan bunda Anik Fitriyanti, Kepala PAUD Pamardi Yoga Desa Karangmojo Weru Sukoharjo, Senin (13/4). Anak akan tumbuh optimal bila tidak dipaksa untuk jadi seperti yang orang tua mau.


Pernyataan tersebut dikemukakan sesaat setelah acara parenting education di Pamardi Yoga ditutup. Hari itu acara PE diisi oleh Nino Histiraludin Ketua Divisi Pemberdayaan Anak Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) Surakarta denga Tema Membentuk Minat Baca Sejak Dini.Tema ini diberikan sebagai upaya menyebarluaskan bagaimana membentuk anak yang mampu menggemari buku. Apalagi tantangan yang dihadapi orang tua cukup besar.

Salah satu keunikan yang bisa dibentuk oleh orang tua yakni anak menggemari buku. Meski tidak mudah, membentuk anak yang manik buku bukan hal yang mustahil sepanjang orang tua mampu menciptakan suasana tersebut dirumah. Sehingga anak terdorong untuk menyukai buku.

"Kesibukan orang tua, banyaknya channel televisi, pesatnya teknologi, canggihnya hp merupakan hal yang bisa melenakan anak dari membaca" ujar Nino. Padahal manfaat anak menggemari membaca jauh lebih besar dibandingkan anak suka memperhatikan televisi apalagi bermain gadget. Hanya saja orang tua harus ekstra keras membentuknya.

Salah satu orang tua yang hadir menyatakan agak khawatir dengan hobi anak bungsunya yang lebih menyukai menggambar maupun mewarnai dibanding membaca. Menurut Nino, bersyukurlah orang tua yang bisa mendeteksi sejak dini hobi, bakat atau minat anak pada bidang tertentu.

Hanya saja memang sistem pendidikan di Indonesia lebih banyak menghargai anak-anak dengan prestasi akademik. Akibatnya anak-anak yang tumbuh dengan kecerdasan non akademik, seringkali terabaikan bahkan tidak dihargai secara wajar. Ada ribuan anak yang memiliki bakat dibidang non akademik harus tunduk, tidak dapat melanjutkan sekolah sesuai dengan bidang atau hambatan lainnya.

Membaca sendiri akan membuka wawasan pengetahuan bagi anak. Namun mengenalkan buku ke anak harus sesuai tahapan maupun jenis bukunya sehingga minat anak terpupuk dengan baik. Merangsang minat anak membaca sebetulnya tidak butuh energi yang besar, waktu yang banyak maupun dana yang mencukupi. "Sepanjang orang tua dapat selalu mengenalkan buku dengan baik, menarik anak akan menerimanya meski buku yang digunakan adalah buku bekas" jelas pria yang salah satu anaknya menjadi penulis cilik.

Sabtu, 09 April 2016

Sekolah MANTAP Wujud Jargon Wasis Walikota Surakarta

|0 komentar

Dalam berbagai kampanye sebelum terpilihnya Hadi Rudyatmo sebagai walikota Surakarta, mengusung jargon 3WMP yakni Waras Wasis Wareg Mapan Papan. Waras artinya sehat, wasis itu berpendidikan, wareg berarti ekonomi stabil, mapan itu kenyamanan dan papan berarti tempat tinggal).

Jargon ini menjadi batasan seluruh implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang hingga kini belum disahkan. Salah satu jargon itu yakni wasis atau berpendidikan, yang memiliki hubungan erat dengan misi YSKK dalam pemberdayaan anak dengan program Sekolah MANTAP di Surakarta.

Dua tahun sudah YSKK mendorong implementasi tata kelola sekolah secara transparan, akuntabel dan partisipatif. Untuk semakin meningkatkan kualitas tata kelola sekolah, pada tahun 2016 lembaga yang berkantor di Singopuran Kartosuro ini akan menjalin kerjasama secara lebih jelas dalam bentuk Nota Kerjasama. Sebab dalam kurun 2014-2015 lalu, kerjasama yang dilakukan dengan SDN Kleco 1 maupun SMPN 8 Surakarta belum dituangkan dalam perjanjian kerjasama diatas kertas. 

Padahal kedua sekolah berkembang dengan baik. Salah satu buktinya bulan Maret ini, Drs Nugroho MPd, Kepala Sekolah SMPN 8 Surakarta terpilih sebagai Kepsek berprestasi no 2 tingkat Kota Surakarta. “Saya rasa dari apa yang disampaikan 2 sekolah soal manfaat yang mereka peroleh, program MANTAP layak untuk diteruskan” jelas Rohana, Asisten 2 Sekda Kota Surakarta saat rapat koordinasi TKKSD tentang sekolah MANTAP beberapa waktu lalu.

Perjanjian kerjasama yang ditawarkan untuk lebih mengikat kedua belah pihak dalam mengimplementasikan komitmen. Tahun ini, baik YSKK maupun Dikpora Surakarta telah bersepakat mengembangkan indeks sekolah MANTAP. Indeks ini berbeda dengan berbagai penilaian yang sudah ada baik secara Vertikal (Inspektorat, BPK, Kemdikbud) maupun horizontal (komite sekolah dan orang tua siswa). 

Indeks ini dibangun dari berbagai perspektif informan/responden dilingkungan pendidikan maupun pemerhati pendidikan terkait transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Sehingga penilaian yang dilakukan dengan mendasarkan indeks sekolah MANTAP lebih mencerminkan peta harapan masyarakat dengan kondisi sekolah.

Hingga saat ini proses pengurusan realisasi penandatanganan MoU sedang berjalan. Pihak Pemerintah Kota Surakarta sendiri telah menyampaikan prosedur pengajuan permohonan penandatanganan. “Silahkan ajukan permohonan penandatanganan MoU kepada Walikota dan sekaligus disertai dengan peminjaman tempat acara” ujar Anang, staf Bagian Kerjasama Setda Surakarta Selasa (8/4). 

YSKK kini sedang memproses agar event penandatanganan MoU dapat dilangsungkan dalam kegiatan seminar sehingga efek kampanye tentang sekolah MANTAP lebih tersebar luas. Tema sekolah MANTAP ini pula sebagai upaya mendorong jargon wasis milik Walikota direalisasikan dengan baik.